Saturday, February 1, 2025

Kasihilah Tuhan Allahmu!

Matius 22:34-40

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka

dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:

"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

 

Kasih adalah yang terutama harus kita berikan kepada Allah.

Hal ini pertama kali disampaikan oleh Musa dalam Ul. 6:5 dan dikutip langsung oleh Tuhan Yesus dalam PB.

Manusia sebagai yang diciptakan segambar dan serupa Allah, memiliki perasaan kasih seperti Allah yang adalah kasih (I Yoh 4:8)

Manusia tidak bisa lepas dari perasaan dan kebutuhan kasih seberapa pun jahatnya dia. Mungkin ada manusia yang hendak menghilangkan rasa kasih dalam dirinya. Kalau pun berhasil, maka dia akan menjadi seorang manusia yang menderita dan kasihan.

 

Kalau semua manusia pasti memiliki kasih, permasalahannya adalah kepada apa atau siapa kasih manusia itu harus dinyatakan?

- nomor 1 adalah kepada Allah.

Mengapa manusia harus mengasihi Allah sebagai yang pertama dan terutama?

 

1. Karena Allah adalah Allah (Kel. 3:14-15). Dia tidak ada bandingnya. Membandingkan Dia dengan yang lain adalah penyembahan berhala. Dan, itu adalah dosa. Demikian juga dengan kasih. Mengasihi sesuatu lebih daripada mengasihi Allah adalah dosa. Ini adalah ketetapan Allah. Allah tidak perlu persetujuan manusia untuk menetapkan peraturan ini.

Dalam Matius 6:37 dikatakan bahwa orang yang mengasihi bapanya, ibunya, anak2nya lebih dari mengasihi Allah tidak layak menjadi pengikutNya.

Maka, apa pun dan bagaimana pun pikiran kita tentang Allah, Dia tetap harus dikasihi sebagai yang pertama dan terutama.

 

2. Karena dalam seluruh kebenaran, memang manusia harus mengasihi Allah terlebih dahulu baru bisa mengasihi yang lain dengan benar.

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, kasihnya kepada apa pun atau siapa pun menjadi suatu yang tidak murni/ternoda.

Kasih yang seharusnya sangat indah, menjadi suatu yang menderita.

Kasih menjadi:

1. Menguasai

2. Memiliki

3. Mengarahkan

Kasih menjadi sesuatu yang sangat mengikat. Dan seringkali menjadi suatu pelampiasan nafsu.

Ada suatu film yang menceritakan tentang seorang ibu yang sangat sayang sama anaknya yang agak sedikit kurang dalam pikirannya. Sang ibu yang kaya menikahkan dia dengan seorang perawat yang dia cintai, sang ibu mengatur cara istrinya melayaninya, kehidupan rumah tangga mereka sampai kepada hal yang terkecil supaya sang anak mendapatkan yang terbaik. Namun, pada suatu waktu, sang anak berkata kepada ibunya dengan berlinang air mata, ibu, tolong jangan kasihi saya sebegitu besarnya. Anak ini sangat menderita oleh rasa kasih dari ibunya.

Dengan kita mengasihi Allah sebagai yang terutama dan yang pertama, kita baru bisa mengerti untuk mengasihi orang lain dengan tepat dan benar. Kita baru bisa mengasihi suami, istri, anak, teman dan lainnya dengan tepat dan menjadi berkat.

Di dalam hubungan suami istri, apabila salah satu yang mendapat kasih yang utama dan bukan Tuhan, maka hubungan itu pasti menimbulkan banyak masalah. Contoh:

Seorang yang cemburu, memutilasi pacarnya

Seorang yang memanjakan anaknya.

Ekspresi kasih yang tepat itulah yang memberkati.

 

Dari bagian ini kita harus merenungkan:

- Siapakah orang/barang yang paling saya kasihi?

- Apakah kasih saya itu telah membuat saya mengabaikan Tuhan dan Firman-Nya?

- Apakah ekspresi kasih saya telah tepat? Ataukah saya terlalu mengikat atau memanjakan?

 

Marilah kita terlebih dahulu mengasihi Allah barulah kita mengasihi orang di sekitar kita.