9. Neraka Menjadi Sorga (Guru)

 Tujuan

 

1. Memahami bahwa penyebab perselisihan adalah sikap merasa benar sendiri. Hanya menuduh dan mengkritik orang lain dan tidak bisa melihat dosanya sendiri.

2. Mengetahui bahwa setiap orang adalah orang berdosa dan tidak bisa menghakimi orang lain. Manusia harus menyerahkan kuasa penghakiman kepada Tuhan.

3. Mengetahui bahwa Isa Almasih tidak kompromi akan dosa, tetapi menerima dan mengampuni orang berdosa

4. Bersedia menerima Isa Almasih sebagai Tuhan yang mengampuni dosa dalam hati, dan bertekad untuk tidak lagi hidup dalam dosa

 

Pikiran Utama

Tidak ada orang benar di dunia ini, tidak seorang pun. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa benar sendiri, menilai orang lain dengan seenaknya, dan bertindak sebagai hakim. Kita perlu lebih melihat dosa-dosa kita, bukan untuk lari darinya atau menutupinya, tapi untuk bertobat di hadapan Tuhan dan menerima Isa Almasih sebagai kepala dan penyelamat keluarga kita. Dengan cara ini, kita bisa hidup harmonis dengan keluarga dan orang lain, dan kehidupan neraka bisa diubah menjadi surga.

 

Bacaan Yahya 8:1-11:

 

1.      tetapi Isa pergi ke bukit Zaitun.

2.     Pada waktu hari masih pagi sekali, Isa sudah tiba kembali di Bait Allah. Semua orang datang kepada-Nya, lalu Ia duduk dan mengajar mereka.

3.     Kemudian para ahli Kitab Suci Taurat dan orang-orang dari mazhab Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina.

4.     Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu mereka berkata kepada Isa, "Ya Guru, perempuan ini kedapatan sedang berbuat zina.

5.     Dalam hukum Taurat, Nabi Musa menyampaikan pesan supaya kita merajam orang yang demikian. Apakah pendapat Guru mengenai hal ini?"

6.     Hal itu mereka katakan untuk mencobai Dia, supaya mereka dapat menyalahkan-Nya. Tetapi Isa membungkuk dan menulis di tanah dengan jari-Nya.

7.     Ketika mereka tidak juga berhenti bertanya kepada-Nya, Isa berdiri dan bersabda kepada mereka, "Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang mula-mula melemparkan batu kepada perempuan itu."

8.    Lalu Ia kembali membungkuk dan menulis di tanah dengan jari-Nya.

9.     Setelah mereka mendengar hal itu, pergilah mereka seorang demi seorang mulai dari yang paling tua, hingga akhirnya tinggal Isa seorang diri dengan perempuan itu, yang masih berdiri di situ.

10.  Kemudian Isa berdiri dan bersabda kepadanya, "Hai perempuan, ke manakah mereka? Tidak adakah orang yang menghukum engkau?"

11.   Jawabnya, "Tidak ada, ya Junjungan." Lalu sabda Isa, "Aku pun tidak akan menghukum engkau. Pergilah, dan mulai saat ini jangan berbuat dosa lagi."

 

 

Bacaan 2: Matius 7:1-4

1"Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

2Karena sebagaimana kamu menghakimi, demikian pulalah kamu akan dihakimi, dan dengan ukuran apa engkau mengukur, itu pulalah yang akan diukurkan kepadamu.

3Mengapa engkau melihat serbuk kayu di dalam mata saudaramu, sedangkan balok kayu di dalam matamu sendiri tidak kausadari?

4Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu, ‘Izinkan aku mengeluarkan serbuk kayu itu dari matamu,’ padahal di matamu sendiri ada balok kayu?

 

 

 

Pertanyaan

 

1.      Sebutkan tokoh-tokoh utama dalam bacaan 1 tersebut, waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut

Pemimpin dapat memulai dengan mengatakan, "Hari ini kita akan melihat mengapa sebuah keluarga bisa menjadi seperti neraka dan belajar bagaimana mengubah neraka menjadi surga.

1.1 Tokoh-tokoh utama: perempuan yang berzinah, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, Tuhan Isa, dan orang banyak (rakyat)

1.2 Waktu kejadian : dini hari

1.3 Tempat: Di Bait Allah (tempat ibadah)

 

2.     Silahkan anda memberikan gambaran perikop ini agar orang segera dapat melihat apa yang menjadi inti dari isi perikop ini.

2.1  Anda akan memberikan gambaran yang bagaimana? Silahkan pilih salah satunya: Sekolah, pasar, pengadilan, gereja, bioskop. Mengapa anda memilih pilihan tersebut?

Terlihat jelas bahwa itu adalah pengadilan. Karena ada pendakwa dan terdakwa, hakim dan saksi

 

2.2     Silahkan paparkan dalam perikop ini, siapa Pendakwa, terdakwa, hakim dan penonton?

Pendakwa: Ahli Taurat dan Orang Farisi

Terdakwa: perempuan yang kedapatan berzinah

Hakim : Tuhan Isa

Penonton: orang banyak

 

2.3    Mengapa hanya wanita yang ditangkap? Mengapa yang pria tidak dituduh?

Ada beberapa kemungkinan:

A. Dia lebih berpengaruh, dan para ahli Taurat dan orang Farisi tidak berani menangkapnya.

B. Tujuan mereka bukanlah untuk menghukum wanita tersebut, namun memakai dia untuk menjebak Isa

C. Pria itu sudah melarikan diri.

 

3.     Sebenarnya apakah fungsi dari Bait Allah? Apakah Ahli Taurat dan orang Farisi tahu tujuan Bait Allah didirikan? Mengapa mereka menjadikannya sebagai pengadilan?

Tempat kejadian adalah di Bait Allah, namun apa yang terjadi tidak ada hubungannya dengan Bait Allah. Sebaliknya, ini seperti perdebatan di pengadilan. Mereka menyeret wanita ke Bait Allah untuk diadili, tapi apa tujuan awal didirikannya Bait Allah itu?

A. Menyembah Tuhan

B. Berdoa dan memaafkan satu sama lain.

C. Bersatu dan saling melayani

D. Tenang dan nikmati tempat di mana tubuh, pikiran, dan jiwa dapat beristirahat.

 

Bait Allah pada awalnya merupakan tempat di mana Tuhan dan manusia berhubungan. Gereja harus penuh dengan kasih, harmoni, toleransi dan pengampunan, juga tempat untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Tidakkah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengetahui hal ini? Benar-benar mustahil kalau mereka tidak tahu. Mereka mengetahuinya tetapi mengabaikannya.

 

3.1     Ketika sebagian orang menyinggung keluarga, apa ciri-ciri keluarga yang pikirkan?

Ketika kita menyebutkan "rumah", kita mungkin juga berpikir bahwa rumah yang normal seharusnya adalah:

A. Penuh kasih

B. Tempat istirahat untuk tubuh, pikiran dan jiwa

C. Tempat dipahami dan diterima

D. Dihormati

E. Berkomunikasi dengan bebas

F. Perlakuan satu sama lain dengan tulus

G. Melayani satu sama lain

 

3.2    Tapi dalam kenyataannya,  apakah sebagian keluarga memiliki ciri-ciri khas tersebut?

Fakta menunjukkan bahwa lebih dari 80% keluarga tidak seperti ini

 

Pagi harinya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang wanita yang kedapatan berzina ke Bait Allah untuk diadili. Sekalipun kitab suci tidak menjelaskan secara detail, tindakan ini saja sudah menunjukkan bahwa kelompok pemuka agama ini berhasil memberikan bukti setelah "mengintip" semalaman, sehingga mereka bisa membawa orang yang bersalah ke Bait Allah di pagi hari dan menyerahkannya kepada Isa untuk diadili. Keluarga neraka sama seperti yang dijelaskan di atas, mereka suka mencari-cari kesalahan.

 

 

4.     Mengapa Bait Allah bisa berubah menjadi pengadilan, marilah kita dengan teliti melihat penyebabnya!

4.1       Mengapa ahli Taurat dan orang Farisi datang ke hadapan Isa untuk menuntut wanita tersebut? Apa motivasinya? (ayat 6)

Motif ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menuduh perempuan itu adalah untuk mendapatkan dasar untuk menyalahkan Isa. (ayat 6) Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ingin mengambil keuntungan dari wanita yang berzina itu untuk menyingkirkan Isa, dengan pertanyaan, " perempuan ini kedapatan sedang berbuat zina. Dalam hukum Taurat, Nabi Musa menyampaikan pesan supaya kita merajam orang yang demikian. Apakah pendapat Guru mengenai hal ini?" (ayat 4-5)

 

4.2     Mengapa tindakan ini dapat dijadikan alasan untuk menuduh Isa (Coba pikirkan: Jika Isa menjawab: ”Bunuh wanita itu!) Bagimana akibatnya? Jika Ia menjawab: ”Lepaskan dia!) Bagaimana pula akibatnya? Jika Ia menjawab: ”Tidak tahu”  dan bagaimana akibatnya?

 

Berikut beberapa kemungkinan jawaban Tuhan Isa:

1. "Kalau begitu, lempari dia dengan batu sampai mati!"

2. "Tidak, saya di sini bukan untuk menghukum siapa pun, jadi maafkan dia!"

3. "Maaf, saya bukan hakim. Bawa dia diadili oleh pejabat Romawi!"

 

Namun, ada kendala dalam ketiga jawaban tersebut. Jika Isa menjawab seperti yang disebutkan di atas, dia akan jatuh ke dalam perangkap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.

 

(i) Jika Isa memilih jawaban 1, menurut hukum Romawi (karena orang Yahudi di bawah penjajahan Romawi), hukuman eksekusi dilakukan oleh pejabat Romawi. Menurut hukum Yahudi (Hukum Musa)—hukuman eksekusi dilaksanakan oleh para imam kepala. Tuhan bukanlah pejabat Romawi atau imam kepala, tetapi karena Dia telah menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah, Dia tidak dapat melepaskan kasus ini! Dia perlu memikul tanggung jawab untuk mengadili, tetapi dari segi status, Dia bukan pejabat dan tidak memiliki wewenang untuk mengeksekusi siapa pun. Jika Dia memerintahkan wanita itu untuk dibunuh, para ahli Taurat dan orang Farisi akan menyeret Dia ke pemerintahan Romawi dan menuduh Isa melakukan hukuman mati tanpa pengadilan dan dengan sengaja membunuh orang. Menurut aturan "pembunuh harus mati", hukuman mati tidak dapat dihindari, dan Dia dapat disingkirkan pada saat itu juga.

 

(ii) Jika Isa memilih jawaban kedua: "Tidak, Aku datang bukan untuk menghukum siapa pun, jadi ampunilah dia!" Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang berkuasa itu dapat menuduh Dia secara terbuka mengajar orang lain untuk melanggar hukum Musa. Dalam hal ini, pemuka agama seperti orang Farisi dan pendeta bisa saja meminta masyarakat untuk melempari orang yang melanggar hukum dan perintah dengan batu. Jika Dia memerintahkan wanita itu untuk dilepaskan, hal ini juga bertentangan dengan ajaran-Nya.

 

(iii) Tetapi jika Isa memilih jawaban ketiga, berarti Dia bukan pejabat dan hal itu tidak ada hubungannya dengan Dia. Meminta mereka untuk menyerahkannya kepada pemerintah Romawi juga akan menimbulkan masalah. Karena Isa mengajar orang-orang di bait Allah, sebagai pengajar Firman Tuhan, Dia harus memberi jawab. Jika Dia memiliki wewenang untuk mengajar manusia, mengapa Dia mengabaikan tanggung jawab tersebut sekarang dan mengatakan bahwa masalah tersebut tidak ada hubungannya dengan Dia? Jika Dia mengajar orang-orang di Bait Allah dan kemudian menghindar dari tanggung jawab, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga akan menuduh Dia pergi ke Bait Allah untuk mengajar orang-orang tanpa identitas apa pun, dan Dia juga akan dilempari batu sampai mati.

 

4.3     Jika Anda berada dalam posisi Isa,  bagaimana Anda menjawab mereka? Dapatkah Anda bayangkan akibatnya?

Jika Anda berada dalam situasi Isa, apa jawaban Anda? Saya yakin tidak ada anggota tim yang bisa menyelesaikannya. Ini menunjukkan bahwa taktik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sungguh keji.

 

4.4     Bagaimana Tuhan Isa menjawab Ahli Taurat dan orang Farisi? Sebenarnya apa yang Isa tulis di tanah? Mengapa? Setelah Tuhan menjawab apa akibatnya? Mengapa demikian akibatnya?

Ketika orang-orang di sekelilingnya mencari jawaban Isa untuk menangkap-Nya, Isa menjawab dengan cara yang cerdik: Dia pertama-tama membungkuk dan kemudian menulis di tanah dengan jarinya tanpa langsung menjawabnya. Mengapa? Kemungkinan alasannya adalah:

A. Ketika mereka sangat marah, penjelasan atau jawaban apa pun tidak ada artinya dan mereka tidak dapat mendengarkan.

B. Beri mereka kesempatan untuk menenangkan diri.

C. Menulis sesuatu yang berhubungan untuk mengingatkan mereka. Kemungkinan besar dia menulis beberapa dosa yang menyebabkan orang yang menghakimi merenungkan dirinya sendiri.

 

Reaksi orang-orang itu setelah membacanya (ayat 9): Boleh jadi mereka juga mengetahui bahwa dirinya bersalah. (Lihat Matius 5:22-23, 27-28, 38-44; 1 Yohanes 3:15)

 

Menurut penggunaan Yunani, grapho sudah berarti "menulis", tapi kata Katagrapho digunakan di sini, dan kata ini berarti melawan (menyerang). Terlihat bahwa kata katagrapho juga dapat diterjemahkan sebagai "menulis sesuatu untuk mengungkap, menyerang, menuduh beberapa orang" - menulis sesuatu untuk mengungkap kesalahan orang lain, atau menuliskan definisi beberapa dosa. (Lihat Matius 5:22-23, 27-28, 38-44; 1 Yohanes 3:15) Apa sebenarnya yang Isa tulis? Alkitab tidak mencatat dengan jelas apa yang Isa tulis di tanah, namun yang pasti semua orang memperhatikan apa yang ditulisnya. Saya percaya Dia mungkin menulis beberapa definisi tentang dosa, seperti melihat seorang wanita dengan pikiran penuh nafsu adalah perzinahan, siapa pun yang membenci orang lain melakukan pembunuhan, atau "Jika Anda mengatakan ya, katakan ya, jika tidak, katakan tidak, lebih daripada itu berasal dari si jahat", dan jangan berbohong dll, dan menuliskan arti sebenarnya dari perintah itu satu per satu. Ketika semua orang melihat kata-kata yang Isa tulis di tanah, mereka semua mengerti dengan jelas, sehingga Kitab Suci mencatat, "Dari yang tertua sampai yang termuda, mereka semua keluar satu per satu." Setelah orang-orang itu melihat definisi dosa, mereka semua merasa malu, dan satu demi satu, dari yang tertua hingga yang termuda, mereka semua pergi. Mengapa dari yang tertua ke yang termuda? (Ayat 9) Mungkin yang lebih tua tahu bahwa mereka telah melakukan lebih banyak kejahatan (yang disebut licik) dan lebih mementingkan muka. Jika mereka berdiri di sana dan tidak memukul wanita itu, mereka akan malu. Jadi yang pertama pergi, dan kemudian yang lebih muda perlahan-lahan pergi, tapi tidak peduli siapa mereka, mereka akan selalu menyadari bahwa mereka adalah bagian dari pelaku dosa.

 

Melalui tindakan ini, Isa mengumumkan kepada orang banyak bagaimana Dia telah mengubah Neraka menjadi Surga.

 

A. Sesuai dengan standar Tuhan

 

Sebagaimana dikatakan dalam Roma 3:23, “Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Setiap anggota keluarga harus percaya bahwa kita semua adalah orang berdosa, dan bahkan tidak ada orang benar di dunia. Karena kita semua adalah orang berdosa, maka kita harus menyerahkan kuasa penghakiman kepada Tuhan daripada menghakimi orang lain, karena kita tidak memenuhi syarat untuk menjadi hakim, kita tidak memenuhi syarat untuk mengolok-olok orang lain, dan kita harus menghindari dihakimi oleh orang lain. Oleh karena itu, hendaknya seseorang percaya bahwa pembalasan adalah milik Tuhan, dan Tuhan pasti akan membalasnya.

 

B. Sikap manusia terhadap dosa

 

Selain bertindak sesuai dengan standar Tuhan, manusia juga hendaknya bertobat dari dosa-dosa mereka dan tidak lagi membiarkan dosa menguasai kita. Kita juga harus memperlakukan orang berdosa dengan sikap pengampunan dan belas kasihan. Namun, sering kali, orang-orang bersikap mengelak terhadap dosa-dosa mereka, dan akibatnya, rumah mereka menjadi neraka. Dalam ayat ini yang diadili adalah perempuan yang berzinah, namun perempuan yang paling berdosa di mata semua orang ini yang pada akhirnya diampuni. Sebaliknya, para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan para pengamat lainnya melakukan lebih sedikit dosa, namun karena mereka mengambil cara untuk melarikan diri dan menutupi, dosa-dosa tersebut tetap ada.

 

C. Sikap masyarakat terhadap Tuhan Isa

 

Isa bertanya kepada perempuan itu, “Apakah tidak ada seorang pun yang menghukum kamu?” (ayat 10) Jawabnya, “Tidak, Tuhan.” (ayat 11) Siapapun yang ingin memperoleh perubahan hidup, keamanan hidup kekal, kedamaian pengampunan dosa, dan menjadikan neraka menjadi surga harus mengakui bahwa Isa adalah “Tuhan”. Ketika keluarga menyambut Isa sebagai Kepala, Mesias, Raja, dan Penebus, harapan akan dipulihkan dalam keluarga.

 

5.     Dari bacaan ini, dapatkah Anda melihat bagaimana umumnya sikap orang-orang terhadap kesalahan orang? Dan bagaimana menghadapi kesalahan yang dilakukan sendiri? Matius 7:1-4

 

5.1 Bagaimana sikap orang-orang terhadap kesalahan orang lain?

 

  1. Mengejar kesalahan orang lain dan hanya memperhatikan kesalahan orang lain dan tidak pernah menyelidiki diri sendiri. Kebanyakan orang dapat dengan jelas melihat kesalahan orang lain (pemimpin kelompok dapat menggunakan selembar kertas putih, membubuhkan titik hitam kecil di tengahnya, lalu mengambilnya dan bertanya kepada anggota kelompok apa yang mereka lihat. Kebanyakan orang pasti akan menjawab: Ada titik hitam. Mengapa Anda tidak dapat melihat bagian putihnya dan hanya melihat titik hitamnya? Sifat manusia. Matius 7:3 adalah penjelasan yang bagus). Para pemimpin agama ini pergi "pagi-pagi sekali" untuk menangkap orang-orang yang melakukan kesalahan dan menghakimi mereka. Mengapa rumah menjadi seperti neraka? Jadilah seperti mereka! (Matius 7:1-5) Mencari-cari kesalahan orang dan menghakimi orang.
  2. Merancang jebakan, memancing orang ke dalam jebakan, dan mengejar dosa orang lain, dan semuanya hanya ditujukan untuk menyerang manusia, bukan dosa.
  3. Tidak memaafkan atau berempati terhadap orang berdosa. Orang bijak mengatakan kepada orang-orang untuk "bersikap tegas terhadap diri sendiri dan bersikap lunak terhadap orang lain", namun mereka "bersikap tegas terhadap orang lain dan bersikap lunak terhadap diri sendiri".
  4. Tidak percaya Tuhan. Menurut catatan dalam Yahya 8:4, kelompok pemuka agama ini hanya menganggap Isa sebagai “Guru” dan bukan sebagai Anak Allah.

 

5.2 Bagaimana sikap terhadap dosa sendiri?

 

Melarikan diri dari pelanggarannya sendiri (ayat 9): Mereka semua pergi satu demi satu (yang tertua sampai yang termuda), hanya menyisakan Tuhan Isa yang sama sekali tidak berdosa, dan perempuan yang mengaku berdosa—yang telah diampuni.

Mereka tidak berani dan tidak mau menghadapi dosanya sendiri, sehingga mereka tidak pernah berubah dan tidak mengalami pengampunan. Sebagaimana firman Tuhan: “Mengapa kamu melihat selumbar di mata saudaramu, tetapi tidak memperhatikan papan di matamu sendiri?” (Matius 7:3)

 

Sangat disayangkan bahwa terlalu banyak orang yang mengejar dosa orang lain dan menutup mata terhadap dosa mereka sendiri, lalu memilih untuk mengelak dan menutupinya. Keadaan neraka disebabkan oleh kondisi ini.

 

6.     Bagaimana pandangan Tuhan Isa terhadap dosa? Dan bagaimana pandanganNya terhadap orang yang berdosa? Jika Anda adalah wanita itu, setelah diampuni oleh Tuhan, bagaimanakah perasaanmu?

6.1 Mengenai dosa: Dia tidak akan kompromi. Ketika manusia berbuat dosa, mereka berdosa terhadap Dia. Dia memerintahkan wanita itu untuk "tidak berbuat dosa lagi mulai sekarang."

 

6.2 Terhadap orang berdosa: Dia memiliki hati yang penuh pengampunan dan pengertian - "Aku pun tidak menghukum kamu." Jika kamu adalah wanita tersebut, apa yang kamu rasakan? Anda akan merasa seperti seorang terpidana mati yang dibebaskan, dan Anda akan sangat bersyukur kepada Tuhan. Pernahkah Anda berpikir bahwa dosa-dosa kita telah memisahkan kita dari Tuhan dan bahwa kita seharusnya menderita kematian (Roma 6:23, 3:23), namun Tuhan membeli kita dengan nyawa-Nya dan membangkitkan kita dari kematian ke kehidupan.

 

Kecuali bila kita pernah mengalami kasih, penerimaan, dan pengampunan seperti ini, sulit untuk memperlakukan orang lain dengan cara seperti ini. (Lihat Efesus 4:32; Roma 15:7, 13:8; 1 Yahya 3:16, dll. Kita harus menjadikan Tuhan sebagai teladan dan mengikuti Tuhan.)

 

7.     Coba pikirkan bagaimana Tuhan Isa meredakan tuduhan dan pertikaian diantara manusia, jika keluarga Anda menjadikan Isa sebagai tuan, Anda dapat bayangkan bagaimana kondisi keluarga Anda?

Hendaklah kamu saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling memaafkan, sebagaimana Allah telah mengampuni kamu di dalam Al-Masih. (Efesus 4:32)

Sebab itu sambutlah seorang akan yang lain, sama seperti Al Masih telah menyambut kamu untuk kemuliaan Allah. (Roma 15:7)

Kepada siapa juga, jangan berutang apa pun selain utang kasih antara satu dengan yang lain, karena siapa mengasihi orang lain, ia sudah menggenapi hukum Taurat. (Roma 13:8)

Dengan hal inilah kita mengenal kasih, yaitu bahwa Al-Masih telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Maka kita pun patut menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. (1 Yahya 3:16)

Tuhan mengubah orang dengan kasih yang praktis: toleransi, pengertian, pengampunan, dan penerimaan. Dia juga menggunakan standar-Nya untuk memberitahu manusia bahwa semua orang telah berdosa, sehingga mereka tidak punya hak untuk menghakimi orang lain. Hanya Dia yang memenuhi syarat. Kita harus ingat, "Dia berkata: 'Pembalasan adalah milikku, dan aku akan membalasnya!'" Jika kita memperlakukan satu sama lain dengan kasih, penerimaan, pengertian, toleransi, dan sebagainya, kita yakin bahwa keluarga kita juga dapat menikmati suasana surgawi. Kita hendaknya ingat bahwa dengan menjadikan Dia sebagai kepala keluarga kita, keluarga kita bisa selamat dari neraka dan masuk surga.

 

Ketika kita menerima Isa sebagai Raja di dalam hati kita, kita dapat memperoleh pengharapan dalam hidup kita. Dari Kitab Suci, kita menemukan bahwa betapapun buruknya hubungan keluarga, gereja, atau antarpribadi, marilah kita belajar bahwa "tidak ada orang benar di dunia ini, seorang pun tidak." Jangan menyalahkan dosa orang lain, tapi lihatlah dosa diri sendiri; jangan lari dari dosa, dan jangan menutupi dosamu, tapi bertobatlah dengan segenap hati di hadapan Tuhan, katakan kepada-Nya bahwa kamu adalah orang berdosa yang tidak mampu menyelamatkan diri, dan akui bahwa Dialah satu-satunya Juru Selamat yang mampu mengampuni dosa-dosa kita. Jika Anda bersedia melakukan ini, neraka bisa berubah menjadi surga, dan bukan hanya Anda yang akan diselamatkan, tetapi Anda dan keluarga Anda akan diselamatkan.

 

 

Hari ini di dunia ada begitu banyak orang baik (orang yang anggap dirinya baik), tapi mengapa masyarakat masih penuh dengan masalah? Pelbagai perceraian, perpisahan, atau anggota keluarga yang bertikai, apakah mereka semuanya ” Orang jahat”? Karena kita selalu berpusat pada diri sendiri, saling mementingkan diri menjadikan sebuah duri, sangat gampang melukai pihak yang lain. Ketika kita merendahkan hati, rela melepaskan ego kita dan menjadikan Allah sebagai pusat, kita akan menemukan bahwa perintahNya tidak terlalu sulit untuk ditaati. Mohon Tuhan menyingkirkan dosa kita (tidak egois dan berpusat pada Allah) adalah langkah pertama kita mengalami suasana sorga.

No comments: