Tujuan
1. Memahami
bahwa alasan utama rasa takut adalah melihat keadaan sekitar, bukan Pemiliknya.
2. Memahami
bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari ketakutannya sendirian.
3. Memahami
bahwa Isa adalah Tuhan yang memelihara dan menciptakan alam semesta.
4. Jika
seseorang tahu bagaimana beriman pada kuasa Tuhan, maka dia tidak akan takut
5. Bersedia
menerima Tuhan dan jalanNya bagi orang percaya
Pikiran Utama
Manusia mempunyai segala macam ketakutan yang
lahir dari hati dan tidak mudah untuk diatasi. Isa Almasih adalah pencipta alam
semesta dan mempunyai kuasa untuk menghentikan badai besar. Jika seseorang
percaya sepenuhnya kepadaNya, dia tidak akan takut terhadap badai dalam hidup
dan menghadapinya dengan sukacita dan kemantapan hati.
Amsal 24:10 berbunyi: “ Jika engkau tawar
hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu..” kurang yakin dan takut
menghadapi bahaya hanya akan membuat orang semakin bingung dan tidak mampu
menyelesaikan hal-hal yang biasa mereka lakukan dengan mudah. Meskipun semua
orang mengetahui kerugian dari rasa takut dan bimbang, tidak ada cara bagi
orang untuk lepas darinya. Bagaimana kita lepas darinya?
Apa yang menyebabkan rasa takut? Ada beberapa
alasan yang telah dikumpulkan oleh para sosiolog dan psikolog:
1. Saat nyawa, kesehatan, dan kebahagiaannya
terancam
2. Saat kehidupan, kesehatan, dan kebahagiaan
orang yang dicintai terancam
3. Masa depan tidak pasti dan menghadapi
perubahan di masa depan
4. Kesulitannya terlalu besar, melampaui
kemampuannya.
5. Khawatir ketahuan ketika melakukan
kesalahan.
Pendahuluan
Karena keadaan dunia yang bergejolak, manusia semakin tertekan
dikarenakan bertambahnya permasalahan: kemerosotan ekonomi dan tekanan dalam
pekerjaan, ditambah lagi ancaman nuklir dan perang, krisis internasional,
kelaparan, gempa bumi, kejahatan dan rusaknya
hubungan antar manusia dll. Rasa aman dan ketakutan dalam hati manusia
semakin besar. Orang-orang yang mencari
bantuan dokter jiwa terus meingkat.
Bacaan:
35. Pada hari itu juga saat
magrib tiba, bersabdalah Isa kepada para pengikut-Nya, "Mari kita pergi ke
seberang."
36. Para pengikut-Nya pun
meninggalkan orang banyak itu lalu pergi dengan Isa, yang memang sudah berada
di perahu. Ada juga perahu-perahu lain yang menyertai-Nya.
37. Kemudian turunlah angin
ribut yang dahsyat. Ombak pun menghambur masuk ke dalam perahu, sampai-sampai
perahu itu hampir penuh dengan air.
38. Pada waktu itu, Isa
sedang tidur di buritan perahu dengan kepala di atas bantal. Lalu para
pengikut-Nya membangunkan Dia dan berseru kepada-Nya, "Ya Guru, tidakkah Engkau peduli kalau kita binasa?"
39. Maka bangunlah Isa. Ia
menghardik angin itu dan bersabda kepada danau, "Diam, tenanglah!"
Angin pun berhenti dan danau itu menjadi teduh sekali.
40. Lalu sabda-Nya kepada
mereka, "Mengapa kamu takut? Masihkah kamu belum percaya?"
41. Mereka menjadi sangat takut dan
berkata seorang kepada lainnya, "Siapakah orang ini, sehingga angin dan
danau pun menuruti perintah-Nya?"
Pembahasan :
1) Sharingkan apa yang hari ini paling Anda takutkan, atau perkara apa terjadi yang paling
ditakuti? Bagaimana sebagian orang menyelesaikan ketakutan mereka? Menurut Anda, apakah hal ini bisa dipraktekkan?
Pertanyaan ini untuk membawa peserta
masuk dalam diskusi dan lebih mengenal pikiran mereka.
2) Dari bacaan di atas disebutkan ekspresi
takut para murid sebanyak tiga kali (takut: ayat 38, 40, 41).
Pemimpin
dapat meminta anggota kelompok untuk membacakan bacaan tersebut terlebih
dahulu. Bagian ini menyebutkan perasaan batin para murid sebanyak tiga kali:
a.
Mereka berseru, " Ya
Guru, tidakkah Engkau peduli kalau kita binasa?"
b. Pemikiran Tuhan Isa: “Mengapa kamu
takut?” (ayat 40)
c.Pengamatan penulis kitab Markus:
“Mereka sangat ketakutan.”
2.1. Menurut Anda mengapa mereka takut? Apakah ketakutan
mereka beralasan?
Dalam Markus 4:35-41, kita melihat
bahwa kecuali Isa, murid-murid lain di perahu itu sangat ketakutan. Situasinya
adalah: karena lingkungan (badai) pada saat itu.
(i) Badai terjadi secara tiba-tiba dan
mental mereka tidak siap
(ii) Badai sangat dahsyat sehingga
perahu hampir penuh air
(iii) Kapal benar-benar lepas kendali
(iv) Itu terjadi pada malam hari, di
tengah laut, dan mereka tidak bisa melihat sekitarnya.
Meskipun beberapa murid awalnya adalah
nelayan, Alkitab mencatat berkali-kali bahwa mereka merasa takut: "Guru,
tidakkah Engkau peduli kalau kita binasa?" (ayat 38). Mereka merasa nyawa
mereka terancam. Dari segi psikologis, para murid takut karena:
a.Hidup, kesehatan, dan kebahagiaan
mereka sendiri terancam. Kondisi cuaca saat itu buruk dan situasi kritis.
Mereka mengkhawatirkan keselamatan diri mereka sendiri.
b. Kehidupan, kesehatan, dan
kebahagiaan orang yang mereka cintai terancam: Setidaknya ada dua saudara
kandung, Petrus, Andreas dan Yakobus dan Yahya, di kapal, sehingga mereka tidak
hanya mengkhawatirkan diri mereka sendiri, tetapi juga mengkhawatirkan
keselamatan saudara-saudara mereka.
c. Masa depan tidak pasti. Para murid
tidak yakin apakah mereka akan hidup atau mati, sehingga mereka takut. Mereka menghadapi
angin dan ombak di tengah Laut Galilea pada larut malam. Laut Galilea sangat
luas, sekitar empat atau lima kilometer dari timur ke barat, dan enam atau
tujuh kilometer dari selatan ke utara. Saat ada angin kencang dan ombak, sulit
untuk melarikan diri dengan berenang. Faktor terpenting adalah ketakutan akan
kematian. Jika mereka tidak takut mati, mereka tidak akan merasa takut.
d.Kesulitannya terlalu besar karena
lingkungannya terlalu keras dan di luar kemampuan mereka kontrol
dan atasi. Badai datang secara tiba-tiba dan terjadi pada malam hari. Para
nelayan (Petrus, Yahya, Andreas, Yakobus, dll. semuanya adalah nelayan) yang
ahli dalam menghadapi badai juga panik. Ini membuktikan bahwa badai tersebut
sangat kuat. —Perahunya hampir penuh air dan hampir tenggelam!
Mari kita lihat dulu apa yang terjadi pada para
murid. Sangat beralasan jika mereka merasa takut.
2.2 Jika Anda adalah mereka,
apakah Anda juga akan takut?
Jika kita masih berada di atas perahu yang terapung
di laut pada malam hari saat angin topan dahsyat mendekat, dan perahu hampir
penuh air, apakah kita tidak takut? Biarkan anggota sharing.
Dari Markus 4:40: " Lalu sabda-Nya kepada mereka, "Mengapa kamu takut? Masihkah kamu
belum percaya?" Isa dengan tegas menjelaskan bahwa alasan utama mengapa
para murid takut bukanlah karena kematian, atau karena badai yang besar, dan
karena ketidakmampuan para murid (walaupun ini semua adalah fakta yang mungkin
terjadi), tetapi karena mereka tidak percaya. Berdasarkan situasi di atas,
apakah Isa tidak masuk akal dan menuntut terlalu banyak? Apakah
ia gagal melihat kerasnya lingkungan dan merasa bahwa murid-muridnya tidak
beriman?
Sekilas, tidak masuk akal bagi Tuhan Isa untuk
menyalahkan mereka seperti ini. Mengapa? Karena lingkungan tempat para murid
berada pada saat itu sangat buruk, dan tidak ada cara untuk mengatasinya - tidak ada jalan keluar, pikiran mereka buntu
meskipun ada seseorang bersama mereka (Silakan lihat jawaban pertanyaan di
bawah). Dalam situasi ini, semua orang akan takut. Namun, ketika kita
memperhatikan jawaban dua pertanyaan berikut ini, kita harus setuju dengan
analisa Tuhan.
Jelas sekali, bagian buritan perahu lebih berat dan
mudah masuk ke dalam air. Jika perahu itu tenggelam, maka buritanlah yang akan
tenggelam terlebih dahulu, sehingga posisi Tuhan lebih berbahaya daripada para
murid. Mungkin kita akan berpikir bahwa tidak banyak perbedaan di antara
keduanya. Lagi pula, jika kapal tenggelam, seluruh kapal akan tenggelam, dan
tidak ada seorang pun di kapal yang selamat.
Ketika badai datang dan kapal hampir tenggelam, apa
yang dilakukan Tuhan Isa? Di mana para murid? Menurut Anda siapa yang lebih
berbahaya?
Menurut catatan Kitab Suci, ketika badai melanda, Isa
tidak hanya berada di dalam perahu, tetapi juga tertidur di buritan perahu.
Semua pelaut tahu bahwa jika sebuah kapal tenggelam, hal pertama yang masuk ke
dalam air adalah buritannya, karena di situlah yang paling mudah untuk masuknya
air. Jadi, apabila kapalnya benar-benar tenggelam, orang pertama yang mati
adalah Isa. Orang yang paling berbahaya juga adalah Isa yang tertidur.
Sementara murid-murid lainnya sudah terjaga dan siap untuk menghadapinya, Tuhan
tidak siap.
Oleh karena itu, apabila para murid sadar bahwa Isa sedang
berada di posisi yang paling bahaya, dan jika mereka percaya bahwa Dia adalah
Penguasa alam, mereka tidak perlu takut. Tetapi jika mereka tidak percaya bahwa
Dia adalah Penguasa alam semesta, mereka harus berteriak: "Guru, kamu akan
mati, dan kamu masih tidur? Bangunlah dengan cepat, jangan tidur lagi." Kita
akan kehilangan nyawa kita, tidakkah kamu peduli?" (ayat 38)
i) Karena para murid tidak percaya bahwa Isa adalah Raja
alam semesta, maka mereka membangunkan Isa dan menyuruh-Nya untuk melindungi
diri-Nya dan tidak tidur lagi. Namun, mereka tidak membangunkan Isa lebih awal
sebelum keadaan begitu genting bagi mereka. Ini mencerminkan ketidakpercayaan
mereka. Saya bahkan percaya bahwa para murid lebih mementingkan keselamatan
mereka sendiri daripada keselamatan Isa.
ii) Iman para murid sangat egois dan tidak peduli
terhadap orang lain.
Iman adalah berharap pertolongan Tuhan, bukan meminta
Tuhan mengubah situasi sesuai dengan keinginan mereka. Iman seperti ini adalah
iman yang saat mereka berkonflik dengan orang lain, mereka berharap Tuhan akan
mengubah orang lain; ketika doa mereka tidak dijawab sesuai dengan keinginan
mereka, mereka menyalahkan Tuhan dan orang lain. Sikap mementingkan diri
sendiri seperti inilah yang merupakan iman para murid pada saat itu. Jika
mereka tidak meninggalkan iman yang mementingkan diri sendiri ini, mustahil bagi
mereka untuk memperoleh kehidupan yang berkelimpahan.
iii) “Guru, tidakkah Engkau peduli kalau kami binasa?”
(ayat 38) Ayat ini menggambarkan sebuah pesan: mereka mungkin percaya bahwa Isa
adalah mahakuasa dan penguasa alam, namun mereka kurang beriman pada kasihNya.
Ketika mereka bertanya kepada: "Apakah Engkau tidak peduli?" itu
seperti bertanya: "Apakah Engkau mengasihi kami?"
iv) Ketika kita memikirkan masalah 3.1 dan 3.2, kita tahu
bahwa sangatlah masuk akal jika Tuhan Isa menegurnya. Isa sebenarnya
menunjukkan bahwa mereka kurang beriman pada kuasa atau kasih Tuhan, sehingga
mereka takut. Semua murid tahu bahwa Isa berada di tempat yang paling berbahaya
dan paling tidak berdaya pada saat itu. Jika Dia tidak mengasihi para murid,
Dia pasti sudah lama pergi dan tidak akan tinggal di tempat yang paling
berbahaya. Sebelum mukjizat ini, Tuhan telah melakukan mukjizat yang tak
terhitung jumlahnya di depan para murid (lihat Markus 1:22-28, 29-34, 40-45,
2:7). Jika kita sudah melihat mukjizat-mukjizat ini dan percaya bahwa Dialah
Tuhan, maka kita tidak perlu takut seperti para murid – Tuhan Yang Maha Kuasa
menyertai kita. Namun mengapa para murid begitu takut? Jelas sekali, mereka
tidak percaya bahwa Dia adalah Tuhan atau bahwa Dia mempunyai otoritas atas
alam. Mungkin sebagian murid percaya bahwa Isa itu mahakuasa, namun tidak yakin
apakah Dia mengasihi mereka atau tidak. Namun, Tuhan tidak meninggalkan mereka
karena hal ini. Dia menegaskan identitas-Nya dengan tindakan nyata.
Ini jelas merupakan mujizat, karena badai dahsyat
seperti itu tidak mungkin diredakan hanya dengan satu kalimat, dan terjadi
ketenangan yang tiba-tiba, segera, dan total. Bahkan para nelayan yang paham
tentang sifat air serta waktu dan tempat yang tepat pun terkejut dengan mujizat
ini. (ayat 41) Jelaslah, mukjizat ini tidaklah sederhana. Dari mukjizat ini
kita dapat memahami dengan jelas bahwa Tuhan Isa adalah Tuhan atas alam. Angin
dan ombak sepenuhnya takluk kepada otoritas Tuhan. Karena alam semesta diciptakan
oleh-Nya dan milik-Nya. Dia menggunakan kuasa-Nya untuk menghilangkan rasa
takut murid-murid-Nya. Dia telah melakukan bagianNya, tetapi para murid masih
merasa takut (ay.41).
4) Bagaimana murid bisa terbebas dari rasa takut? Pernahkah
Anda mengalami hal ini?
Rahasia
kebebasan dari rasa takut:
i) Menyadari bahwa Tuhan Mahakuasa dan segala sesuatu
ada dalam genggaman-Nya.
ii) Menyadari bahwa Dia mengerti keadaan kita (bahkan,
Tuhan masih ada di hati setiap murid saat ini) dan tidak akan meninggalkan kita
karena Dia begitu mengasihi kita bahkan Dia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib
untuk kita. Terlebih lagi, pada saat krisis, Dia selalu berada dalam situasi
yang lebih berbahaya daripada situasi kita. Dialah yang pertama menghadapinya.
iii) Saat menghadapi cobaan, jangan fokus pada diri
sendiri, karena Anda hanya akan semakin takut ketika memikirkannya. Sebaliknya,
pikirkan kebutuhan orang-orang yang berada dalam situasi yang lebih buruk
daripada Anda.
iv) Jangan bertanya: “Mengapa hal ini terjadi padaku?”
tetapi bertanyalah: “Tuhan, apa yang ingin Engkau asah dalam diri saya?"
"Apa yang Engkau ingin saya pelajari?"
v) Sharingkan ketakutan Anda kepada orang lain—ceritakan
kepada Tuhan, Pembina atau saudara seiman.
vi) Doa dan dapatkan
penghiburan melalui lagu-lagu rohani.
Jika Anda
beriman kepada Tuhan, Anda tidak akan takut
Inti dari rahasia di atas sebenarnya adalah iman kita
kepada Tuhan. Beberapa pakar kesehatan memberi tahu kita bahwa orang yang
benar-benar taat dan beriman kepada Isa, meskipun dia sakit, akan sembuh lebih
cepat daripada orang kebanyakan. Seperti yang dikatakan Kitab Suci: "Hati
yang gembira adalah obat yang manjur; tetapi semangat yang patah mengeringkan
tulang." ” (Amsal 17:22) Ketika manusia beriman kepada Isa, maka mereka
tidak lagi mempunyai rasa takut dan cemas. Hati yang bahagia akan membuat
kondisi mental, metabolisme, dan daya tahan tubuh menjadi lebih baik. Isa
menyampaikan pesan yang sama kepada murid-murid-Nya di perahu. Ketika Dia menghardik
badai, badai itu berhenti dan menjadi tenang. Jika kita beriman kepada Tuhan,
sebesar apa pun badainya, “angin akan berhenti dan akan terjadi ketenangan yang
luar biasa.” (Markus 4:39) Lingkungan belum tentu berubah, namun keadaan
pikiran akan segera berubah; masalah mungkin muncul dengan orang lain.
Terkadang, orang lain mungkin tidak berubah, tetapi Anda telah berubah. Karena
perubahan Anda, Anda dapat mengendalikan lingkungan, dan hubungan antar manusia
juga berubah. Namun kita harus memiliki iman yang cukup kepada Tuhan, kalau
tidak kita akan menjadi seperti murid-murid di perahu, panik ketika menghadapi
badai.
Percayalah bahwa Tuhan akan menjaga Anda dalam
situasi sulit
Seseorang pernah menggunakan jejak kaki di pantai
untuk menggambarkan pengalamannya dalam Tuhan. Selalu ada dua pasang jejak kaki
di pinggir pantai, namun ketika sampai di suatu tempat, hanya tersisa satu
pasang jejak kaki. Dia menceritakan pengalamannya sendiri: Ketika hidup damai,
Tuhan dan dia berlari bersama, sehingga ada dua pasang jejak kaki di pasir,
tetapi ketika dia berada di saat yang paling sulit dan menyakitkan, hanya ada
sepasang jejak kaki. Dia bertanya kepada Tuhan kemana dia pergi? Mengapa dia
mengabaikannya? Pada saat ini, sebuah suara kecil muncul di dalam hatinya:
"Nak, dua pasang jejak kaki itu adalah Aku yang berjalan bersamamu, tetapi
mengapa waktu kamu menghadapi yang paling menyakitkan, hanya tersisa satu
pasang. Bisakah kamu mengetahui jejak kaki siapa itu?" Dia melihat dengan
cermat dan menemukan bahwa itu bukanlah jejak kakinya, tetapi jejak kaki Tuhan.
Suara di dalam hatinya melanjutkan: "Nak, saat kamu berada di masa tersulit, Akulah
yang menggendongmu melewatinya jadi yang terlihat hanya sepasang jejak kaki.
"
Saat manusia mengenal Allah yang Maha kuasa, penguasa alam semesta
adalah Juru selamatnya bahkan adalah Allah Bapanya, walaupun masih tetap
tinggal dalam situasi yang sulit dan menderita, tetapi di dalam hatinya ada
damai sejahtera. Karena Tuhan berkata kepada kita ”Semuanya itu Kukatakan kepadamu,
supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita
penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."(Yoh
16:33)
No comments:
Post a Comment