8. Konsep Nilai Tentang Kematian (Guru)

 Pegangan Untuk Pemimpin

 

Pelajaran 8

 

Konsep Nilai Seorang Murid Tentang Kematian

 

Pengantar

 

Perpisahan karena kematian adalah pengalaman hidup yang paling menderita. Para Ahli Jiwa berpendapat, kematian orang yang dikasihi menimbulkan kesedihan dan kegalauan hati yang paling besar. Namun meninggalkan dunia; merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa kita hindari. Menghadapi kematian sahabat, ada orang yang merasa sedih, tidak berdaya, namun ada juga orang yang penuh ucapan syukur, bahkan menyanyi dengan nyaring, bahkan ada orang yang menantikan hari itu tiba, bukan karena ia bosan hidup, melainkan karena hidupnya berkelimpahan, mati penuh pengharapan”. Sesungguhnya bagaimanakah bisa membuat kita dari merasa tidak berdaya menjadi mengharapkan hari kematian? Hal inilah yang ingin kita pelajari.

 

Pertanyaan Pengantar

 

1.        Inilah pandangan sebagian orang mengenai kematian:

2.1.  Jenghis Khan saat mendekati kematian berkata,”Saya bisa mengalahkan dunia, tapi tidak bisa mengalahkan dewa kematian”

2.2.  Sebelum menghadapi kematian, Pascal pernah berkata: ”Ya Allah, Engkau selama-lamanya tidak akan meninggalkan saya.”

2.3.  Ilmuwan Louis Pasteur menjelang kematiaanya menggenggam erat-erat Salib, berkata,”Saya sudah mau bertemu dengan Tuhan, apa pun saya tidak mau lagi”

2.4.  Menjelang kematiannya Paul berkata: ”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan bagiku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada harinya.

2.5.  Menjelang kematiannya Moody berkata:”Aku telah melihat Tuhan, apakah ini kematian? Sungguh terlalu indah!

2.6.  Menjelang kematiannya Gladys berkata,”Saya telah memahami banyak hal, hanya satu hal yang belum terjadi, saya sangat tidak rela, mengapa harus saya...”

2.7.  Disraeli berkata,”Saya mau hidup, tapi sama sekali tidak takut kematian”

2.8.  Su En Bei mengatakan:” Kematian, jangan sombong, karena aku hidup lebih lama daripadamu!”

2.9.  Phan Dian Shou disiksa selama jaman Revolusi Kebudayaan, ia berkata:” Aku mati juga tidak akan lepaskan engkau.”

2.10.                Seorang isteri sebelum meninggal:”Kenapa yang seharusnya mati tidak mati, yang tidak seharusnya mati?”

 

            Konsep-konsep diatas, yang mana menjadi konsep anda, silahkan diharingkan!

 

Tujuan pertanyaan ini adalah untuk memahami cara pandang anggota sebelum pemahaman Kitab Suci. Sharing dari para anggota bisa membuat pemimpin mengerti bagaimana membimbing sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada waktu pemahaman Kitab Suci, pemimpin bisa membimbing anggotanya untuk mencari jalan keluar. Tetapi, jangan mengkritik jawaban dari anggota, biarkan Kitab Suci yang menjawab pada waktu pemahaman Kitab Suci.

 

2.        Silahkan sharingkan kesan yang paling mendalam satu pengalaman perpisahan, karena kematian!

2.1.  Bagaimana perasaanmu waktu itu?

2.2.  Apakah perpisahan saat itu masih ada pengaruh terhadapmu saat ini?

2.3.  Kalau Anda telah lepas dari bayang-bayang yang negatif, sharingkan pengalaman Anda bisa beroleh kelepasan tersebut.

 

Pertanyaan ini juga terhitung sebagai pertanyaan untuk mencairkan suasana, tetapi tidak sama dengan pertanyaan pertama, yang ini adalah pribadi, yang menyangkut perasaan dan pengalaman, tetapi berhubungan erat dengan seluruh pelajaran ini. Juga bisa membuat para anggota saling memahami, dan mempererat satu dengan yang lain. Saat sharing, mungkin ada anggota yang masih terganggu oleh rasa kehilangan yang mendalam. Saat pemimpin menghadapi keadaan seperti ini, pertama-tama berhenti dulu, berdoa bersama-sama untuk anggota tersebut, membangun dengan Firman Tuhan, menghibur anggota itu. Setelah selesai sharing, pemimpin bisa mendorong anggota itu untuk belajar bagaimana Paul menghadapi kehilangan. Sebelum kelas dimulai pemimpin bisa siapkan tissue untuk digunakan saat diperlukan.

Sampai 2.3, saat anggota mensharingkan pengalaman-pengalaman kelepasan mereka, pemimpin boleh menunjukkan apresiasinya, bersamaan dengan itu menunjukkan bahwa kelepasan seperti itu bisa dialami oleh semua murid Tuhan. Lalu memimpin anggota masuk ke pemahaman Kitab Suci.  

 

Pemahaman Kitab Suci

Bacalah I Tesalonika  4:13-18

 

13. Kami hendak memberitahukan kepadamu, hai Saudara-saudara, tentang orang-orang yang telah meninggal, supaya jangan kamu berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

14. Karena jika kita percaya bahwa Isa telah mati lalu bangkit, maka demikian jugalah semua orang yang sudah meninggal dalam Isa itu akan dibawa Allah bersama-sama dengan-Nya.

15. Kata-kata yang kami sampaikan kepadamu ini sesuai dengan firman Tuhan, bahwa kita yang masih hidup ini, yang tertinggal hingga kedatangan Junjungan kita Yang Ilahi, tidak akan mendahului orang yang sudah meninggal.

16. Kelak Junjungan kita Yang Ilahi sendiri akan turun dari surga dengan seruan, disertai suara pemimpin malaikat dan bunyi nafiri Allah. Orang-orang yang mati dalam Al Masih akan bangkit lebih dahulu,

17. kemudian kita yang masih hidup, yang tertinggal ini, akan diangkat menuju awan-awan bersama-sama dengan mereka itu untuk bertemu dengan Junjungan Yang Ilahi di udara. Demikianlah kelak kita selalu bersama-sama dengan Junjungan kita Yang Ilahi.

18. Sebab itu hiburlah seorang akan yang lain dengan perkataan ini.

 

 

3.        Tatkala Paul menulis surat ini, penerima surat mengalami hal apa yang tidak menguntungkan? (Bandingkan Kisah Para Rasul 17:1, 5-11,13 Bagaimanakah orang Tesalonika memperlakukan pengikut Isa Almasih?

Kisah Para Rasul 17:1,5-11,13 1. Setelah Paul dan Silas berjalan melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di situ ada rumah ibadah orang Israil.

5. Akan tetapi, orang-orang Israil menjadi dengki. Mereka mengumpulkan beberapa orang jahat dari antara para gelandangan yang berkeliaran di pasar, lalu membuat huru-hara di seluruh kota. Mereka menyerbu rumah Yason untuk mengeluarkan Paul dan Silas dari situ dan menghadapkan mereka kepada orang banyak.

6.Akan tetapi, karena mereka tidak menemukan kedua rasul itu di situ, mereka menyeret keluar Yason dan beberapa saudara seiman, lalu membawa mereka ke hadapan pembesar-pembesar kota sambil berteriak, "Orang-orang ini membuat keonaran di mana-mana. Sekarang mereka datang kemari

7. dan Yason menerima mereka di rumahnya. Mereka melakukan hal-hal yang melanggar peraturan-peraturan Kaisar dengan mengatakan bahwa ada raja lain, yaitu Isa."

8. Ketika orang banyak dan pembesar-pembesar kota mendengar hal itu, mereka gelisah sekali.

9. Akan tetapi, setelah mereka menerima jaminan dari Yason dan saudara-saudara lainnya, mereka pun dilepaskan.

10. Malam itu juga saudara-saudara seiman di situ menyuruh Paul dan Silas untuk segera meninggalkan kota itu dan berangkat ke Berea. Setelah sampai di sana, kedua rasul itu pergi ke rumah ibadah orang Israil.

11. Orang-orang Israil di Berea lebih baik daripada orang-orang Israil di Tesalonika, karena mereka menerima firman Allah dengan senang hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian.

13. Tetapi ketika orang-orang Israil di Tesalonika mengetahui bahwa firman Allah diberitakan juga oleh Paul di Berea, mereka pergi ke sana dan menghasut serta membuat resah banyak orang.

 

Sewaktu Paul menulis surat ini kepada jemaat di Tesalonika, jelas sekali ada bahwa ada di antara penerima surat yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi. Mengapa mereka meninggal? Ada orang yang berpendapat bahwa mungkin berkaitan dengan penganiayaan umat Tuhan (Kisah 17:1, 5-11, 13). Karena orang Tesalonika terus dengan sengit mengejar murid Tuhan. Oleh karenanya, yang meninggal mungkin ada orang-orang muda.   

 

3.1.   Bagaimana respon orang Tesalonika? Menurut anda benarkah respons ini? (Khususnya ketika orang yang dikasihi dicelakakan, ayat 13b)

Respon orang Tesalonika adalah sangat berdukacita (13b). Respon ini bagi kebanyakan orang adalah normal. Terutama adalah bagi orang-orang yang lebih tua dari yang meninggal.

 

3.2.   Bagaimana Paul menyebut mereka yang sedang berduka karena kehilangan orang-orang terdekat? (13b)

Tetapi Paul menyebut respon semacam ini sebagai ”orang-orang lain (orang yang tak mengenal Tuhan) yang tidak mempunyai pengharapan.”

 

3.3.   Menurut anda, apakah ada perbedaan respon antara orang percaya dan yang belum percaya dalam menanggapi perpisahan karena kematian? Andai kata ada, apa     perbedaannya? Mengapa harus ada perbedaan ini?

Pertanyaan ini adalah untuk renungan anggota dan untuk mereka sharing. Pemimpin seharusnya memberikan kepada mereka kesempatan untuk meresponi.

 

3.4.   Dengan apakah Kitab Suci menyebut kematian orang percaya? (13a) Kenapa Kitab Suci menyebut demikian?

Dalam bahasa lain, kematian orang percaya dalam ayat 13a, kata meninggal adalah ”tidur”. Bagi murid-murid Tuhan, kematian bukanlah sebuah akhir, tetapi sebuah permulaan yang baru. Jadi, dengan memakai kata ”tidur” menggambarkan kematian murid-murid Tuhan. Lebih tepatnya, karena mereka akhirnya akan dipulihkan, dan akan bangkit kembali.

       

3.5.   Setelah meninggal, jemaat akan menghadapi apa? (Lukas 23:43, I Korintus 15:42-44) Apakah dasar pengharapan orang percaya?

Lukas 23:43 Sabda Isa,”Aku berkata kepadamu, hari ini juga engkau akan bersama Aku di dalam Firdaus.”

I Korintus 15:42-44 Begitu jugalah halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditabur dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan, ditabur dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan, ditabur dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan, ditabur dalam tubuh yang alamiah, dibangkitkan dengan tubuh yang rohaniah. Jika ada tubuh yang alamiah, maka ada juga tubuh yang rohaniah.

 

Setelah kematian murid-murid Tuhan akan terlebih dahulu bersama Tuhan di Firdaus (Lukas 23:43). Saat Tuhan Isa datang kembali, tubuh akan dibangkitkan dan diangkat ke udara bertemu dengan Tuhan Isa, selamanya bersamaNya.

 

3.6.   Kelak ketika Tuhan datang kedua kalinya, bagaimanakah urut-urutan kebangkitan orang percaya? ( I Korintus 15:42-44)

Kelak ketika Tuhan datang kedua kalinya, murid-murid yang lebih dahulu meninggal akan terlebih dahulu dibangkitkan, tubuhnya diganti dengan tubuh yang tidak binasa, mulia, kuat dan rohaniah (I Korintus 15:42-44). Selanjutnya adalah mereka yang masih hidup di dunia, berubah tubuhnya, lalu bersama-sama diangkat.

 

3.7.   Tatkala Anda tidur atau orang yang kita kasihi tidur, apakah bisa merasa sakit atau gembira, mengapa?

Tentu saja tidak ada orang yang sebelum tidur, berkabung terlebih dahulu. Tidak ada orang yang merasa tidur itu tidak menyenangkan, karena itu adalah suatu kenikmatan. Kalau tidurnya sudah cukup, secara alamiah akan bangun sendiri.

 

4.     Filipi 1:21-24

21. Karena bagiku, hidup adalah kesempatan untuk mengabdi kepada Al-Masih, dan mati adalah keuntungan. 22. Tetapi jika aku hidup di dunia ini, aku harus bekerja dan beramal mulia. Aku tidak tahu mana yang harus kupilih, 23. karena aku ditekan oleh dua hal. Memang kehendakku ialah meninggalkan dunia ini dan tinggal bersama-sama dengan Al-Masih, karena hal itu jauh lebih baik.

24. Tetapi demi kamu, aku merasa perlu untuk tetap tinggal di dunia ini.

 

4.1.  Bagaimana Paul memandang kematian? (21b) : (Perhatikan kata: keberuntungan/ berguna=kerdos; dalam bahasa aslinya berarti makmur/menjadi besar.)

Paul berkata,”...Bagiku hidup adalah Al-Masih, mati adalah keuntungan.” Dalam bahasa aslinya,”keuntungan” adalah ”Kerdos” digunakan dalam dunia usaha, yang artinya adalah dapat banyak uang.

 

4.2.  Orang yang bagaimana baru bisa memiliki pandangan seperti Paul (21a)?

Orang seperti apa yang menganggap mati sebagai kesempatan yang ”menguntungkan”? Yaitu mereka yang ”hidup adalah Al-Masih”, bukan hanya hidup demi Al-Masih, tetapi ”hidup adalah Al-Masih”

 

4.3.  Paul mengatakan dia didesak dari dua pihak, apa maksudnya kesulitan dari dua Pihak ini (ayat 23)?

Dalam bahasa aslinya arti  ”dua hal” adalah antara ”hidup” dan ”mati”

 

 

4.4.  Diantara dua pilihan di atas, Paul lebih rela memilih yang mana? Mengapa?

Di antara dua pilihan di atas, Paul memilih ”meninggalkan dunia”. Alasannya dalam pertanyaan 4.5

 

4.5.  Meninggalkan dunia (Analusis) dalam bahasa aslinya dipakai untuk:

*       Meninggalkan penjara (dibebaskan dari penjara). Menunjukkan ”saya betul-betul telah bebas” Sungguh, walaupun kita telah percaya kepada Tuhan, tapi kita tidak sepenuhnya bebas, kita masih ada ketakutan, kuatir, perbuatan dosa, kelemahan dll. Namun demikian, saat kita bertemu dengan Tuhan, adalah saat kita benar-benar bebas.

*       Sapi, kuda melepaskan diri dari beban. Menunjukkan ”saya benar-benar sudah lega” Walaupun kita telah percaya Tuhan, namun tidak bisa dihindari kita masih punya perasaan ”berbeban berat dan tertekan”.  Saat meninggalkan dunia (analusis) dan bertemu dengan Tuhan,  barulah saat kita benar-benar bebas (Lukas 14:13a).

*       Orang yang tinggal di kemah, meninggalkan kemah, pulang ke rumah. Menunjukkan bahwa kita tidak lagi tinggal di tempat yang mudah dihancurkan, di kemah yang mudah dihancurkan, melainkan tinggal di dalam kekekalan, ada rasa aman, tempat yang tidak takut angin topan dan badai. ( 2 Korintus 5:1). Dalam 1 Korintus15:42-44, lebih jelas lagi disebutkan tentang kehidupan setelah kebangkitan. Kita bisa berubah menjadi sempurna, sehat, cantik, rohani, mulia, seperti malaikat.

*       Kapal melepaskan tali untuk berlayar. Menunjukkan kita tidak perlu tunggu lagi, tetapi kita bisa menuju ke tempat yang tujuan kita. (2 Timotius 4:7-8)

 

o   Renungkan, pemakaian kata di atas, mengandung arti apa?

 

o   Sharingkan, makna di atas membawa berkat apa/memberi peringatan apa?

Kedua pertanyaan ini adalah kesempatan anggota untuk meresponi dan merenungkan.

   

4.6.  Bukan karena tekanan dunia Paul mengucapkan kata-kata tersebut (ayat 21-23), hidupnya berkelimpahan, berarti dan positif. Jadi, untuk apa Paul hidup?

Paul bukan oleh karena lelah dengan dunia ini baru menyebutkan ayat 23, dia menikmati kehidupan. Memakai baik-baik hidupnya. Hidup dengan berkelimpahan. Hidup dengan berarti dan punya tujuan. Keberlangsungan hidupnya ”lebih perlu demi mereka”, apa artinya?

(a)   Demi keselamatan orang lain

(b)   Demi membangun kehidupan rohani orang lain

(c)    Demi memperkokoh kehidupan orang lain

(d)   Demi memperluas Kerajaan Allah

 

5.     2 Korintus 5:1-2

”Karena kami tahu bahwa apabila kemah tempat kita berdiam di bumi ini roboh, maka Allah telah menyediakan suatu bangunan bagi kita, yaitu tempat kediaman di surga, yang tidak dibuat oleh tangan manusia dan yang sifatnya kekal. Dalam kemah yang kita diami sekarang ini, kita mengeluh dan merindukan tempat tinggal kita di surga, yang akan kita kenakan.”

 

5.1.  Alkitab memakai perumpamaan apa untuk menggambarkan kematian orang percaya?

Alkitab menggunakan perumpamaan  ”pindah rumah” untuk menggambarkan kematian orang percaya:

·       Dari yang bisa rusak menjadi yang tidak bisa rusak

·       Dari yang sederhana menjadi yang mewah

·       Dari yang tidak layak menjadi yang layak

·       Dari yang berbeban berat dan tertekan menjadi yang sukacita, sehat, mulia dll.

Dengan demikian, dari penghuni gubuk liar pindah ke tempat yang mewah, mulia, menyenangkan dan kokoh (1 Korintus 15:42-44)

 

5.2.  Kalau Anda tinggal di rumah gubuk, kemudian ada kesempatan tinggal di rumah mewah dengan cuma-cuma, apakah Anda akan merasa menderita? Mengapa?

Kita bisa pastikan, tidak ada orang yang karena pindah ke tempat yang lebih baik, lebih besar, lebih kokoh, lebih bagus, lebih menyenangkan, lebih aman, bisa menjadi tidak senang.

 

6.     Konsep kematian dalam Alkitab memberimu kesadaran apa? Kesadaran ini telah merubah hal apa dari konsep nilaimu?

Dalam pertanyaan ini, anggota bebas sharing, tujuan utama pertanyaan  ini adalah melihat konsep nilai mereka tentang kematian, apakah ada perubahan, dan perubahan ke arah yang benar.

 

Kesimpulan

 

Mengenang kembali mengapa saya mempunyai kesan yang baik terhadap iman dalam Isa Almasih, karena berjumpa dengan banyak orang Kristen yang sakit, namun hidup mereka penuh pengharapan, dan bersaksi kepada orang lain. Dalam satu kebaktian penghiburan, saya mendengar isteri almarhum mengucapkan kata-kata yang penuh pujian, ucapan syukur, bahkan mengatakan suaminya pindah dulu, ia suatu hari juga akan pindah, sekeluarga akan berkumpul kembali. Dan menyarankan kepada semua hadirin segera percaya kepada Tuhan Isa, mengurus surat-surat pindah ke Kerajaan Surga, sehingga bisa ketemu lagi di Surga. Kata-kata ini sungguh membawa penghiburan dan rasa nyaman. Tadinya ingin menghibur keluarga yang ditinggalkan, malahan mendapatkan penghiburan, hal ini sama sekali berbeda dengan upacara kedukaan yang lain yang saya jumpai, penuh kesedihan dan tangisan.

 

Sesungguhnya bagaimanakah kita bisa dengan sikap demikian menghadapi kematian? Isa berkata:” Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup sekalipun sudah mati.!” (Yahya 11:25-26). Dengan jelas Isa berjanji kepada mereka yang percaya padaNya tidak akan mati, bagi mereka kematian hanyalah pindah rumah/tidur. Asal orang yang percaya kepada Tuhan berpegang erat-erat pada janji ini, akan merasa tenang. Semoga engkau bisa mendapatkan janji Tuhan, menjadi orang yang memiliki pengharapan kekal.

 

No comments: