11. Konsep Nilai Tentang Berkeluarga (Guru)

Konsep Nilai Dasar Seorang Murid

Pegangan untuk Pemimpin

 

Pelajaran 11

 

Konsep Nilai Seorang  Murid Tentang Berkeluarga

 

 

Pengantar

 

Dua tahun yang lalu, sekelompok mahasiswa dari jurusan Sosiologi Masyarakat Universitas Chin Hui, mengadakan survey, mengajukan pertanyaan kepada lebih dari 200 pasangan suami-isteri, ditemukan 80% dari mereka, hubungan suami-isteri menjadi dingin setelah anak pertama lahir, saling tidak ada komunikasi; pusat perhatian dialihkan kepada anak; sebagian besar suami hanya memperhatikan pekerjaan, bahkan tidak rela meluangkan waktu membangun hubungan, sebagian hanya asyik dengan minat sendiri, tidak rela melepaskan siaku, sehingga timbul konflik. Hal-hal ini menyebabkan 70% diantara mereka menyesal setelah menikah, tidak heran ada orang yang mengatakan:”Pernikahan adalah kuburan dari pacaran”.  Ada orang juga mengatakan: ”Kalau ada orang yang mau menikah, biarkan dia menikah, tapi kalau tidak ingin menikah, jangan paksa dia, karena akhirnya, baik yang menikah/yang tidak menikah, toh menyesal juga!  Saya percaya manusia jaman ini; baik yang belum kenal Tuhan maupun yang tidak sungguh-sungguh kenal Tuhan, menyetujui perkataan diatas. Menikmati kehidupan keluarga yang berbahagia dan penuh kehangatan, merupakan harapan setiap orang, namun bagaimana mendapatkannya?

 

Pertanyaan Pengantar

1.     Ada berapa orang merasa pernikahan sendiri perlu pembaharuan (baik orangtua, Anda sendiri, dll), andaikata ada, dalam hal apa?

Pertanyaan ini di satu sisi bertujuan untuk mencairkan suasana, tapi di sisi lain, juga bisa untuk saling mengenal. Supaya bisa saling mendorong, mendoakan dan memperhatikan.

 

2.     Suami isteri tidak harmonis, maka sulit menghindari konflik, dimanakah penyebab ketidakharmonisan tersebut? (Renungkan kembali masa-masa hubungan tegang anda dengan pasangan Anda, penyebab utamanya apa?)

Pertanyaan ini berkaitan dengan pertanyaan di atas. Bertujuan supaya anggota bisa lebih dalam dan lebih jelas mensharingkan hubungan mereka dengan keluarga dalam keseharian, apa penyebab utama konflik/masalah terjadi? Mengapa mereka tidak bisa berhubungan dengan damai dengan orang lain? Pada waktu hubungan dengan orang lain sedang tegang, bagaimana sikap mereka? Pada masa lalu, apa alasan utama mereka punya hubungan yang kurang stabil dengan orang lain?

 

Saat mendengarkan sharing dari anggota, apabila pemimpin merasakan ada anggota yang masih punya hubungan yang tegang, bahkan rusak hubungannya, bisa sementara menghentikan sharing dari anggota lain, dan mendorong anggota lain untuk berdoa bagi orang itu. Kalau tidak ada anggota yang ada keperluan khusus, setelah sharing, boleh bagi kelompok untuk saling mendoakan.

 

 

 

Pemahaman Kitab Suci

Zabur 128:1-6

 

    1. Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang bertakwa kepada ALLAH, dan yang hidup menurut jalan-jalan-Nya.
    2. Engkau akan memakan hasil jerih lelah tanganmu, engkau akan berbahagia, dan keadaanmu akan baik.
    3. Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang berbuah lebat di dalam rumahmu, dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu.
    4. Sesungguhnya, demikianlah berkah akan dilimpahkan atas orang yang bertakwa kepada ALLAH.
    5. Kiranya ALLAH memberkahimu dari Sion. Kiranya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.
    6. Kiranya engkau melihat anak-cucumu! Sejahteralah atas Israil!

 

3.     Arti kata pertama dalam Zabur 128  ”Ashere” adalah sejahtera, sukacita, bahagia. Berbicara mengenai kehidupan yang bahagia dan rahasia keluarga yang hangat, pertama-tama Kitab Suci mengajarkan bahwa orang yang berbahagia seharusnya punya hubungan yang bagaimana dengan Allah? (ayat 1)

Dalam hal rohani

Mari kita perhatikan. Dalam bahasa asli, kata pertama ”Ashere” berarti sejahtera, sukacita, bahagia. Sebenarnya, bagaimana mendapatkan keluarga yang bahagia? Hal pertama yang disinggung oleh Pemazmur adalah hubungan dengan Tuhan: ”Berbahagialah setiap orang yang bertakwa kepada ALLAH, dan yang hidup menurut jalan-jalan-Nya.” Zabur 128:1)

 

Arti kata asli untuk ”bertakwa” adalah gabungan antara mendekat kepadaNya dan tidak berani melawan, berdosa kepadaNya, bertindak sesuai dengan siapa DiriNya. Ini adalah dasar untuk keluarga yang bahagia. Dapat dilihat bahwa pernikahan yang bahagia bukan dua orang berjalan bersama, tapi tiga orang berjalan bersama: Suami + Istri + Tuhan. Hubungan ini seperti segitiga. Semakin dekat hubungan kita dengan Tuhan, semakin dekat hubungan kita dengan sesama.

 

                                                                     


 

3.1.  Ketika hubunganmu dengan Tuhan menjauh; tidak beribadah, jarang Saat Teduh, kehidupan seperti tidak beriman, maka bagaimana hubunganmu dengan orang lain, maupun dengan diri sendiri? Sebaliknya bagaimana pula keadaannya sewaktu hubunganmu dengan Tuhan baik?

Ini adalah waktu untuk anggota meresponi dan merenung, biarkan mereka lebih jelas, mengapa waktu Kitab Suci menyinggung tentang keluarga yang bahagia, terlebih dahulu berbicara tentang hubungan dengan Tuhan. (renung dan sharingkan di kelompok)

 

3.2.  Hubungan baik antar manusia tidak bisa lepas dari:

3.2.1.     Rela mengakui kesalahan

3.2.2.     Menerima tanpa syarat

3.2.3.     Mengampuni, tidak mengingat kesalahan.

3.2.4.     Rela memberi, tidak menuntut balasan

3.2.5.     Dengan sikap membayar hutang memperlakukan orang lain

        Apakah engkau merasa gampang melakukannya? Bagaimana baru bisa melakukan?

        Setelah percaya Tuhan, dalam segi apa Anda mengalami perubahan?

Mengapa hubungan kita dengan Tuhan begitu penting? Karena dasar hubungan antara manusia dengan manusia dibangun atas dasar:

a.      Rela mengakui kesalahan

b.     Menerima tanpa syarat

c.      Mengampuni, tidak mengingat kesalahan

d.     Rela memberi, tidak menuntut balasan

e.      Dengan sikap membayar hutang memperlakukan orang lain.

Lebih mudah berbicara daripada melakukan hal-hal di atas. Tetapi, ketika hubungan seseorang dengan Tuhan semakin baik, semakin mengalami Tuhan, dia akan lebih mudah untuk mengasihi orang lain.

Selanjutnya pemimpin minta anggotanya untuk mensharingkan perubahan apa yang terjadi setelah mereka percaya kepada Tuhan Isa. Apakah hubungan mereka dengan sesama juga berubah setelah percaya Tuhan? Mengapa?

   

4.     Bagaimana sikap orang yang berbahagia terhadap pekerjaan?

Dalam hal pekerjaan (Ayat 2)

Selanjutnya Pemazmur menyinggung tentang aspek kedua. ” 2.Engkau akan memakan hasil jerih lelah tanganmu, engkau akan berbahagia, dan keadaanmu akan baik.” Sikapnya terhadap pekerjaan harus setia, rajin dan bekerja keras tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ayat ini juga mempunyai arti lain – dia harus belajar menjadi orang yang handal. Bisa kerjakan apa saja. Pekerjaan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab istri, tetapi diri sendiri juga ada tanggungjawabnya. Oleh sebab itu harus sekuat tenaga berusaha. Tidak boleh pulang ke rumah hanya tahu nonton TV, baca berita dan tunggu dilayani.

Tetapi, sikap seperti ini bukan bisa begitu saja terbentuk. Kita harus bertanya pada diri sendiri, bagaimanakah keadaan kita saat ini? Apakah kita ada melayani orang lain di rumah? Ataukah dilayani? Coba pikirkan kalau pasanganmu tidak mau membantu, hanya mau dilayani, bagaimana perasaan kamu?

 

4.1.  Apakah Anda setuju yang dikatakan Kitab Suci? Mengapa? (Perhatikan kata berjerih payah=hard working, bukan hanya menunjukkan aspek pekerjaan, tapi juga dalam Rumah Tangga (ayat 2)

4.2.  Jika pasanganmu bergaya ”Priyai” , tidak mau melakukan pekerjaan RT apapun, hanya nonton TV, bagaimana perasaanmu?

(4.1) dan (4.2) adalah kesempatan anggota untuk meresponi dan merenungkan. Tujuannya adalah lebih diyakinkan lagi bahwa apa yang dikatakan Kitab Suci itu yang kita perlukan.

­­

5.     Apakah ciri khas keluarga yang berbahagia dan penuh kehangatan?

5.1.  Apa arti ayat 3b?

3. Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang berbuah lebat di dalam rumahmu, dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu.

Istri haruslah adalah seorang penolong yang baik. Bagaimana caranya? Kata ”di dalam rumah” adalah suatu keadaan yang terlindungi. Pernikahan yang ideal bukanlah mencari suami/istri yang ideal, tetapi pasangan yang dapat menemani/pendamping.

      

5.2.  Apa yang dimaksud buah dalam ayat tersebut? (selain anak-anak, Galatia 5:22-23; apa saja buah-buah yang kita hasilkan?

Kata buah di sini bukan hanya berarti ”anak” tetapi yang lebih penting lagi ialah buah Roh Kudus. Termasuk: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, iman, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Juga dalam II Petrus 1:5-8 disinggung tentang kebaikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih persaudaraan, kasih terhadap semua orang.

 

5.3.  Diantara buah diatas, yang mana Anda masih kurang?

Pemimpin bisa memberi kesempatan kepada anggota untuk merenungkan dan menjawabnya.

 

5.4.  Menurut Anda, bagaimana baru bisa mendapatkan buah ini? Bagaimana cara pertumbuhan pohon anggur?

Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping yang menghasilkan begitu banyak buah? Tapi, bagaimana bisa mendapatkannya? Firman Tuhan menggunakan pohon anggur yang lebat untuk menggambarkannya. Dia harus didukung oleh sinar matahari, nutrisi, kadar air dan udara yang cukup. Dengan kata lain, tidak boleh kekurangan dorongan, dukungan, persediaan dan perlindungan dari pasangannya.   

 

5.5.  Kalau kita ingin pasangan kita banyak berbuah, kita harus mendukung dan banyak memberikan dorongan. Apakah Anda sering mendukung dan memberikan dorongan kepada pasangan Anda? Bagaimana Anda melakukannya? Perhatikan Amsal 27:21. Apakah Anda merasa waktu berkomunikasi dengan pasangan cukup? Kalau tidak cukup, dalam hal apa perlu perbaikan? Anda merasa dalam bagian mana berbuah karena mendapat dorongan dan pujian pasanganmu?

Kui untuk perak dan perapian untuk emas, tetapi manusia diuji menurut pujian yang didapatnya. (Amsal 27:21)

Ini adalah kesempatan bagi anggota untuk mengoreksi diri dan mengubah sikap yang kurang baik.

 

6.     Bagaimana hubungan orang yang berbahagia dengan isteri dan anak-anaknya? Dari mana dapat melihatnya? (ayat 3b)

Pemazmur mengatakan bahwa keluarga yang berbahagia bukan hanya urusan suami istri. Anak juga sangat penting. Tidak sedikit orang tua yang karena pemberontakan anak tidak bisa berdamai. Tapi, keluarga yang berbahagia adalah keluarga yang bagaimana? anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu”. Tunas pohon zaitun adalah ranting yang lembut, adalah pohon yang hijau abadi. Ini berarti setiap anak punya kemampuan, semuanya bisa mempunyai tanggungjawab. Semuanya bisa menghasilkan buah. Bagaimana bisa? Banyak orang memilih untuk menyerahkan anak-anaknya kepada nasib, atau menggenggamnya dalam kuasa tangannya sendiri. Sayang sekali, hasil yang dicapai sama sekali berlawanan dengan harapannya. Anak-anaknya lebih lagi tidak mau pulang ke rumah dan lebih memberontak lagi. Apa yang dilakukan oleh pemazmur? Dari gambaran ”di sekeliling meja” dapat dilihat bahwa hubungan orang tua dengan anak sangat dekat. Orang tua sering merendahkan diri, ajak bicara dan mengerti anak cucunya, dan berteman dengan mereka, main bersama, bertumbuh bersama. Rumah tangga seperti ini apa mudah?

6.1.  Apakah engkau merasa perlu meluangkan waktu untuk anak dan isteri? Mengapa?   

6.2.  Bagaimana kondisi komunikasimu dengan anak/orangtua? Adakah yang perlu diperbaiki?  Anda akan melakukan tindakan apa?

Ini adalah kesempatan anggota untuk meresponi, merenungkan keadaan masing-masing dan mengambil komitmen.

     

7.     Orang yang berbahagia, bagaimana kehidupan bergerejanya? (ayat 5-6)

Untuk membangun keluarga yang berbahagia dan hangat, bukan dapat diperoleh dengan ”duduk diam saja”, juga bukan dapat diperoleh dengan mengandalkan diri sendiri dan usaha keluarga. Pemazmur mengatakan, untuk mendapatkan keluarga yang berbahagia dan hangat, harus menjadi istri/suami dan anak-anak yang baik. Hal yang tidak boleh diabaikan adalah kehidupan beribadah: kita harus mementingkan ibadah, mementingkan Firman Tuhan dan kebenaranNya.

 

7.1.  Mengapa kehidupan gereja sangat penting? Sejauh mana pentingnya kehidupan gereja  yang baik berpengaruh terhadap anak-anak?

Karena Tuhan mau menjadi ”Sion”, dan menjadi ”Yerusalem” untuk menganugerahkan berkah kepada kita. Saat kita meninggalkan kehidupan gereja, kita seperti pelari yang meninggalkan lapangan pertandingan. Kalau tidak latihan, lebih-lebih lagi tidak bisa ada hasil yang baik.

Charles Swindoll berkata,”Dari pengalaman menggembalakan jemaat selama sepuluh tahun, dia merasa masalah komunikasi suami istri terjadi kebanyakan dikarenakan mereka tidak ada kehidupan gereja/persekutuan, sehingga mereka tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan orang lain.

 

7.2.  Apakah Anda puas dengan kehidupan gerejamu sekarang? Silahkan sharingkan bahwa Anda ingin lebih giat memperbaiki kehidupan gerejamu.

Ini adalah waktu murid untuk meresponi, merenungkan diri dan mengambil komitmen.

 

 

Kesimpulan

 

Kehidupan keluarga yang bahagia, tidak terlepas dari kehidupan murid yang seimbang. Apakah Anda merasa kehidupanmu sekarang seimbang? Dalam aspek apa Anda agak melalaikannya? Dalam aspek apa Anda perlu merubahnya?

 

Orang dulu mengatakan melatih diri, membangun rumah, mendirikan negara, merupakan aturan yang alamiah, sebetulnya hal ini merupakan hal-hal yang sangat ditekankan Kitab Suci. Tatkala Tuhan memilih pemimpin rohani, Ia sangat pentingkan hidup orang itu, hubungannya dengan Tuhan, juga kesaksian hidup keluarganya. ”Kalau tidak bisa mengatur satu rumah, bagaimana bisa mengatur seluruh negara? Ingin menikmati hidup yang berkelimpahan, kita harus memprioritaskan membangun mezbah keluarga, kalau tidak, keluarga yang bahagia, hanya dalam pengharapan, tapi tidak dapat diraih.

 

 

 

 

 

No comments: