1. KEPASTIAN KESELAMATAN (Pembimbing)

 


1. KEPASTIAN KESELAMATAN

Apa artinya diselamatkan? Sekalipun masalah keselamatan adalah hal yang tidak bisa dilihat, didengar ataupun dipegang, tetapi bukan sama sekali tidak bisa dialami. Ketika seorang murid Tuhan ditanyakan: apakah Anda telah diselamatkan?, biasanya mereka menjawab “kayaknya sudah” atau “seharusnya sudah”. Saat mereka ditanyakan “mengapa Anda merasa sudah diri sudah diselamatkan?” Mereka umumnya menjawab “karena seringkali Tuhan mendengar doa saya” atau “karena sejak percaya Tuhan, saya tidak lagi membenci orang, tidak lagi merokok, saya sudah dipermandikan, dll” Tidak salah, orang yang telah diselamatkan mungkin punya pengalaman seperti itu. Tetapi, jikalau dasar kepercayaan seseorang hanya dibangun di atas dasar “pengalaman pribadi/subyektif” atau “perasaan”, maka keyakinannya akan keselamatan pasti goyah, terutama saat dia tenggelam dalam kerohanian yang rendah, saat mengalami kekecewaan, atau hubungan dengan sesama mengalami masalah. Saat-saat seperti ini seringkali membuatnya meragukan diri, apakah sudah diselamatkan atau belum.

 

I. Apakah Orang Percaya bisa memiliki jaminan keselamatan?

Banyak orang berpikir bahwa keselamatan adalah diberikan oleh Tuhan. Jadi, apakah Dia mau berikan kepada kita atau tidak, sepenuhnya adalah kuasaNya. Kita tidak bisa mengetahuinya. Namun, pernyataan dari Kitab Suci kepada kita jelas-jelas tidak demikian, keselamatan bagi orang-orang percaya adalah pasti.

1.      I Yahya 5:12-13 berkata ”Orang yang menerima Sang Anak, ia menerima hidup, dan orang yang tidak menerima Sang Anak, ia pun tidak menerima hidup. Aku menuliskan hal ini kepadamu supaya kamu tahu bahwa kamu menerima hidup yang kekal, yaitu kamu yang percaya kepada nama Sang Anak yang datang dari Allah.” Kata asli “menerima” dalam “menerima hidup yang kekal” adalah memakai kata kerja dalam bentuk waktu sekarang (Present Tense). Maksudnya adalah untuk menjelaskan suatu kenyataan, yaitu memproklamirkan bahwa ini adalah suatu kebenaran. Dan bahwa, kebenaran ini tidak berubah. Dalam I Yahya 5:10 “Orang yang percaya kepada Sang Anak yang datang dari Allah memiliki kesaksian itu di dalam dirinya, tetapi orang yang tidak percaya kepada Allah berarti telah menganggap-Nya berdusta, sebab ia tidak percaya pada kesaksian yang disampaikan oleh Allah tentang Sang Anak yang datang daripada-Nya.” – bahkan menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya janji Allah (memberikan hidup kekal) kepada orang yang percaya kepadaNya, itu berarti mengatakan bahwa Allah itu berkata bohong.

2.      II Timotius 2:11-13 berkata “Benarlah perkataan ini, “Jikalau kita mati dengan-Nya, maka kita akan hidup bersama-sama dengan-Nya. Jikalau kita bertahan, maka kita pun akan memerintah dengan-Nya. Jikalau kita menyangkal-Nya, maka Ia pun akan menyangkal kita. Jikalau kita tidak setia lagi, Ia tetap setia karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” Paulus memulai bagian ini dengan “Benarlah perkataan ini” jelas menunjukkan bahwa bagian selanjutnya yang akan diproklamirkan adalah suatu kebenaran yang pasti bisa diandalkan, pasti bukan suatu yang tidak jelas kebenarannya. Di lain sisi, dia menggunakan tiga kata “akan/pasti” menunjukkan bahwa keselamatan orang-orang percaya itu adalah benar dan ada dasarnya.

3.      Roma 10:9 memproklamirkan bahwa “Karena jika dengan mulutmu kamu mengaku bahwa Isa adalah Junjungan Yang Ilahi, dan di dalam hatimu kamu percaya bahwa Ia telah dibangkitkan Allah dari antara orang-orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Kitab Suci tidak mengatakan “mungkin” diselamatkan, tetapi “akan/pasti” diselamatkan.

4.      Efesus 1:13-14 berkata “Di dalam Al-Masih itu pun kamu telah disegel dengan Ruh Allah yang dijanjikan-Nya ketika kamu mendengar firman kebenaran, yaitu Injil yang menyelamatkan kamu, dan ketika kamu percaya. Ruh Allah adalah jaminan warisan kita sampai kita memperoleh penebusan yang menjadikan kita milik Allah untuk memuji kemuliaan-Nya.” Dalam bagian ini, Kitab Suci dengan jelas memproklamirkan dasar kepercayaan bahwa orang-orang percaya, sekali diselamatkan, selama-lamanya diselamatkan. Tuhan memberikan RuhNya sebaagai jaminan, bukti, supaya kita tahu bahwa kita pasti diangkat anak olehNya. Dasar kepercayaan ini pasti termasuk jaminan hidup kekal, sampai kita menikmati kemuliaan bersama Dia di dalam kekekalan.

 

II. Apa pengaruhnya mengetahui kepastian keselamatan bagi kehidupan seseorang?

Kita harus jelas bahwa, kenyataan seseorang sudah diselamatkan atau tidak, berbeda dengan pandangan dirinya sendiri tentang dirinya sudah diselamatkan atau tidak. Seseorang yang belum jelas apakah dia sudah diselamatkan atau tidak, tidak berarti mencerminkan bahwa dia belum diselamatkan. Lalu, mengapa seorang percaya harus ada kepastian keselamatan? Kalau tidak ada kepastian keselamatan, apa pengaruhnya terhadap kita? Dapat dikatakan bahwa, mengetahui kita sudah diselamatkan atau belum diselamatkan tidak mempengaruhi keselamatan kita, tetapi pasti mempengaruhi apakah kita dapat melewati hidup yang berkelimpahan atau tidak. Karena:

1.      Kalau kita memiliki kepastian keselamatan, maka pada waktu kita mengalami kesulitan, pasti tidak akan kehilangan perasaan damai, pengharapan dan aman. Karena kita yakin kebersamaan Allah, dan bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita.

2.      Kalau kita memiliki kepastian keselamatan, maka pada waktu kita menghadapi kesulitan dan bencana, kita bisa dengan tenang datang ke hadapan Tuhan untuk memohon bantuanNya. Dan, kita sangat yakin bahwa Dia akan mendengar doa kita. Seseorang yang tidak pasti keselamatannya, tidak bisa mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dia bisa makin lama makin jauh dari Tuhan.

3.      Kalau kita tidak ada kepastian keselamatan, kita mungkin bisa mengandalkan kemampuan diri, mengandalkan perbuatan baik untuk menyenangkan hati Tuhan. Dia tidak mampu mengandalkan Tuhan untuk mengalami kehidupan yang berkemenangan. Seorang yang ada kepastian keselamatan lebih bisa untuk mengandalkan Tuhan, dan bisa untuk mengalami hidup yang dipenuhi Roh Kudus.

4.      Kepastian keselamatan erat hubungannya dengan menerima diri sendiri. Semakin kita jelas bahwa kita telah diselamatkan, semakin kita mampu untuk menerima diri, karena kita tahu bahwa Isa Almasih telah menerima dan menyelamatkan kita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, tidak ada lagi orang yang bisa memisahkan kasih antara kita dengan Tuhan Isa (Rum 8:26-39)

Dilihat dari sisi yang lain, kepastian keselamatan juga bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu sebagai kesempatan untuk memuaskan nafsu diri. Orang-orang ini sangat percaya bahwa dirinya telah diselamatkan, tetapi dalam kehidupannya sama sekali tidak memperlihatkan diri sebagai orang yang telah diselamatkan. Apakah orang-orang ini benar-benar telah diselamatkan? Jawaban adalah mereka hanya menipu diri sendiri.

 

III. Bagaimana Seorang Percaya dapat memastikan bahwa dirinya telah diselamatkan?

 

1)      Apa sebenarnya bukti dari kepastian keselamatan?

Bukti dari kepastian keselamatan sangat penting. Ini adalah janji Allah. Janji Allah dalam Kitab Suci dapat diandalkan, karena:

a)      Tuhan bisa diandalkan, Dia adalah kebenaran (I Yahya 1:9)

b)      Manusia bisa mengingkari janji, tetapi Tuhan selama-lamanya tidak bisa mengingkari janji, karena Dia tidak bisa menyangkal DiriNya sendiri (2 Timotius 2:13)

c)       Dilihat dari perkembangan sejarah, janji Tuhan, nubuatNya pasti tergenapi (Matius 5:17-18)

d)      Dari masa lalu sampai sekarang, pengalaman dari orang-orang percaya sama-sama menyaksikan bahwa asalkan kita memegang teguh janji Tuhan, maka kita akan melihat bahwa Firman Tuhan pasti tergenapi (Matius 5:17)

Sebenarnya, apa yang dijanjikan Tuhan kepada kita?

a)      I Yahya 5:12 berkata: “Orang yang menerima Sang Anak, ia menerima hidup, dan orang yang tidak menerima Sang Anak, ia pun tidak menerima hidup.” Sebenarnya apa yang dinamakan “menerima Sang Anak”?

b)      Dilanjutkan dalam I Yahya 5:13: “Aku menuliskan hal ini kepadamu supaya kamu tahu bahwa kamu menerima hidup yang kekal, yaitu kamu yang percaya kepada nama Sang Anak yang datang dari Allah.” Ternyata “percaya kepada nama Sang Anak yang datang dari Allah” adalah “menerima Sang Anak” Tetapi, bagaimanakah yang disebut “percaya kepada nama Sang Anak yang datang dari Allah”? Apakah cukup hanya dengan percaya bahwa Dia adalah Sang Anak di otak saja? Tentu saja tidak. Dalam Yakub 2:19 dikatakan: “Bukankah kamu percaya bahwa Allah itu Esa? Itu memang baik, tetapi setan-setan pun percaya, dan mereka gemetar karenanya.” Jadi, bagaimana baru disebut “percaya kepada Tuhan Isa Almasih”?

c)       Dalam Yahya 1:12 dikatakan: “Tetapi, orang-orang yang menerima-Nya (Tuhan Isa Almasih) diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada nama-Nya.” Percaya Tuhan Isa Almasih bukan hanya percaya di otak saja, tetapi kehidupan kita harus ada hubungan dengan kehidupan Tuhan yang kita percayai (Tuhan Isa Almasih). Yaitu, kita menerimaNya masuk ke dalam hati kita, menjadi Tuhan Juruselamat kita. Kalau begitu, bagaimana menerimaNya?

d)      Dalam Lukas 24:47 dicatat bahwa Tuhan Isa Almasih memerintahkan murid-muridNya untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Khotbah Tuhan Isa Almasih yang pertama adalah berita tentang pertobatan. Dia berkata: “Waktunya sudah genap dan Kerajaan Allah sudah dekat (tiba).” Penulis berpendapat kata “tiba” lebih sesuai dengan bahasa asli dibandingkan dengan “dekat” Sebenarnya bagaimanakah kerajaan Allah bisa menjadi kerajaan kita? Dia kemudian berkata: Bertobatlah dan percayalah pada Injil!” Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:37-38 juga mengabarkan Injil kepada orang-orang yang mendengar, sehingga mereka merasa tertusuk dan tidak damai, lalu mereka bertobat dan dipermandikan dalam nama Tuhan Isa Almasih. Pertobatan dan pengampunan berhubungan erat. Pertama-tama bertobat dulu, baru diampuni (I Yahya 1:9)

Lalu, apa artinya bertobat?

a)      Menurut bahasa Yunani, kata bertobat dari kata “metanoia” mempunyai arti “pikiran dan hati berubah”. Kitab Suci dengan jelas menunjukkan, seseorang yang ingin dosanya diampuni dan diselamatkan oleh Isa Almasih, maka sikapnya terhadap pengenalan akan Tuhan Isa Almasih harus sepenuhnya berubah. Selain itu, jikalau murid Tuhan mau menikmati kehidupan yang berkelimpahan, hidup dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga cara hidup, nilai hidup, moral, segala sikap yang berkaitan dengan memperlakukan orang lain, juga harus bertobat sepenuhnya. Dari berdasarkan pikiran yang duniawi menjadi berdasarkan pikiran yang sesuai dengan Kitab Suci.

b)      Mari kita lihat dulu apa yang termasuk dalam pertobatan? Pertobatan bersisi dua. Pertama-tama, yaitu terhadap Tuhan, kemudian terhadap dosanya sendiri. Di sisi Tuhan, ada orang hanya menganggapNya sebagai pemimpin agama, seorang yang penuh kasih, contoh seorang guru, seorang revolusioner, seorang manusia: Kita sebaliknya harus sepenuhnya meninggalkan pandangan manusia yang seperti ini. Kita harus teguh berpegang bahwa Dia adalah Sang Anak dari Allah. Dia adalah Tuhan sejati dan juga adalah manusia sejati. Dia itu sempurna. Juga adalah satu-satunya Juruselamat (Ini benar-benar adalah “Isa” yang arti namanya adalah “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka” (Matius 1:21). Di sisi dosa, kita harus keluar dari pandangan manusia pada umumnya tentang dosa, dan setuju dengan pandangan Tuhan tentang dosa (inilah benar-benar “mengaku dosa” yang dalam bahasa Ibrani mempunyai arti mengakui bahwa dirinya sendiri tidak ada kemampuan untuk menyelamatkan diri. Dalam mata Tuhan dia dianggap mati (putus hubungan rohani dengan Allah), dan dia menuju kematian kekal sebagai manusia yang berdosa (tubuh jasmani dan rohani terpisah selama-lamanya), maka dia harus menerima Tuhan Isa Almasih baru bisa beroleh keselamatan. Saat Kitab Suci mengatakan bahwa awal dari dosa (juga adalah dosa yang paling besar), menunjukkan bahwa dosa yang terbesar adalah menjadikan diri sebagai pusat, dan ini juga adalah alasan dari terjadinya kriminal (Yesaya 14:12-15, ada 5x “aku hendak”; dalam Kejadian 3:5: kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat). Apa artinya menjadikan diri sebagai pusat? Artinya, menganggap diri sebagai Allah. Bertindak berdasarkan standar diri sendiri. Kalau seseorang memegang sikap seperti di bawah ini: “Tuhan Isa, saya percaya kepadaMu, saat saya perlu Engkau, datang dan selamatkanlah saya, tolonglah saya, tapi saat saya tidak perlu, tolong jangan atur urusan saya.” Secara sederhana, ini adalah suatu penghinaan kepada Allah, ini betul-betul menganggap Tuhan sebagai budaknya. Sikap percaya yang tanpa pertobatan ini, sama sekali bukan “percaya kepada Tuhan Isa” seperti yang dimaksudkan dalam Kitab Suci.

Bahasa Ibrani untuk “bertobat” adalah “shub”, yang artinya adalah “berbalik” “kembali”, menunjukkan bahwa seseorang berbalik dari jalannya sendiri kembali ke jalan Tuhan. Ini adalah suatu tindakan.

Sesungguhnya, kata bertobat dalam Kitab Suci melingkupi perubahan dalam hati dan tindakan. Kita harus mengakui dari dalam hati, juga dalam tindakan bersedia ikut Tuhan; ini adalah sikap petobat yang sejati.

Bersamaan dengan pengakuan dosa dan pertobatan kita, kita juga mengundang Tuhan Isa masuk ke dalam hati kita menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Saat inilah kita beroleh hidup kekal, tidak ada seorang pun yang bisa mengambil anugerah keselamatan ini dari kita (Roma 8:18-25, Efesus 1:13-14).

 

2)      Apa bukti secara pribadi dari kepastian keselamatan?

Kalau seorang percaya sama sekali tidak mengalami perubahan hidup secara pribadi, dia tidak mungkin cukup beriman untuk percaya bahwa dirinya telah diselamatkan. Tapi kalau dilihat dari sudut pandang yang lain, seorang percaya yang dengan jujur telah bertobat, mengakui dosanya dan terima Tuhan Isa, tidak mungkin tidak mengalami perubahan hidup. Perubahan apakah yang terjadi? Ada orang yang berpikir bahwa setelah percaya Tuhan, hidup akan lancar tanpa masalah atau bencana: misalnya biasanya prestasi di sekolah tidak begitu baik, sekarang menjadi dapat A, atau tadinya sakit menjadi sembuh. Tidak salah, mungkin ada orang-orang percaya yang mengalami hal-hal seperti ini, tapi ini bukanlah hal-hal yang dijanjikan Kitab Suci. Apa janji-janji yang diberikan dalam Kitab Suci kepada orang-orang percaya?

a)      Efesus 1:13-14 mengatakan bahwa saat kita menerima Tuhan Isa sebagai Tuhan Juruselamat kita, Tuhan memberikan kepada kita Roh Kudus sebagai “materai”. Roh Kudus tinggal dalam hati setiap orang percaya. Ini adalah janji Tuhan yang sangat jelas. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Roh Kudus tinggal di dalam hati kita? Atau seberapa besar kuasa Roh Kudus? Roh Kudus bisa:

·       Merubah sikap orang percaya terhadap Allah. I Korintus 12:3 “Sebab itu, aku hendak memberitahukan kepadamu bahwa tidak ada seorang pun yang berbicara di bawah pimpinan Ruh Allah akan berkata, “Terkutuklah Isa.” Demikian pula tidak ada seorang pun yang dapat berkata, “Isa adalah Junjunganku Yang Ilahi,” selain oleh pimpinan Ruh Allah.”

·       Memimpin orang percaya untuk mengerti kebenaran (Yahya 16:13 “Tetapi, apabila Ia datang, yaitu Ruh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu pada semua jalan kebenaran.”)

·       Membawa orang percaya untuk lebih jelas mengenali dosa (Yahya 16:8 “Kedatangan-Nya akan menginsafkan dunia perihal dosa, perihal apa yang benar, dan perihal penghakiman.”). Saat orang percaya tidak mengikuti kehendak Allah, Roh Kudus akan menghakimi dia di dalam hatinya, dan mendorongnya untuk bertobat.

·       Secara pribadi memimpin orang percaya, terutama saat menghadapi keadaan yang sulit atau saat mau ambil keputusan, apabila meminta bimbingan Tuhan, pasti dituntunNya.

·       Berdoa bagi orang percaya “yang dengan keluh kesah yang tak dapat diucapkan dengan kata-kata” Dia menghibur mereka (Roma 8:26 “Demikian juga Ruh menolong kita dalam kelemahan kita. Kita tidak tahu bagaimana sepatutnya berdoa, tetapi Ruh sendiri memanjatkan permohonan untuk kita dengan keluh kesah yang tak dapat diucapkan dengan kata-kata.”)

·       Menganugerahkan kuasa dan karunia kepada orang percaya untuk bersaksi dan melayani (I Korintus 12:4-11 “Memang ada berbagai jenis karunia, tetapi semuanya berasal dari satu Ruh. Ada berbagai jenis pengabdian, tetapi satu Tuhan. Demikian pula ada berbagai jenis pekerjaan yang dikerjakan di dalam semua orang dengan ajaib, tetapi Allah yang sama juga yang mengerjakan semuanya itu. Namun, kepada masing-masing orang, Ruh mempercayakan sesuatu yang khusus untuk mendatangkan kebaikan bersama. Kepada yang seorang, Ruh itu mempercayakan karunia untuk berkata-kata dengan hikmah, dan kepada yang lain, Ruh yang sama mempercayakan karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang, Ruh yang sama pula mempercayakan kekuatan iman, sedangkan kepada yang lainnya lagi, Ruh yang satu itu menganugerahkan berbagai karunia untuk menyembuhkan orang. Kepada yang seorang karunia untuk mengadakan berbagai mukjizat, kepada yang lain karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lainnya lagi karunia untuk membedakan ruh-ruh. Ada pula orang yang diberi karunia untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa karunia Ruh itu sendiri, dan orang yang lain lagi diberi karunia untuk menafsirkan bahasa-bahasa tersebut. Akan tetapi, semua itu dikerjakan oleh Ruh yang satu itu juga, dibagi-bagikan kepada masing-masing orang sesuai dengan kehendak-Nya.”)

·       Ada buah yang dihasilkan oleh Roh Kudus (Galatia 5:21-23 “Tetapi, buah Ruh ialah kasih, kegembiraan, kesentosaan, kesabaran, kemurahan, kebaikan, iman, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Tidak ada hukum yang dapat melawan hal-hal yang demikian.”)

b)      Setiap orang yang sudah diselamatkan, bisa mengenali diri sebagai orang berdosa yang tidak mampu menyelamatkan diri, hanya mengandalkan Tuhan baru bisa diampuni dosanya (Lukas 5:8 Setelah Simon Petrus melihat hal itu, sujudlah ia di depan Isa dan berkata, “Ya Junjungan, pergilah dariku karena aku orang berdosa., dan I Timotius 1:15 Perkataan ini benar dan sangat patut diterima, yaitu bahwa Isa Al-Masih datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.”

c)       Perubahan pandangan terhadap hidup, nilai-nilai kehidupan dan etika (secara perlahan-lahan makin jelas dan menerima standar Kitab Suci).

d)      Ada pertumbuhan rasa damai di hati, iman, beban untuk jiwa yang terhilang dll, juga memperlihatkan kehidupan yang baru (Yahya 16:33 Aku mengatakan semua ini kepadamu supaya kamu memperoleh kesentosaan di dalam Aku. Dalam dunia ini kamu akan mengalami kesusahan, tetapi teguhkanlah hatimu! Aku sudah mengalahkan dunia.”)

e)      Perubahan dalam hidup sehari-hari, misalnya perubahan sikap menghadapi orang lain, juga mungkin keluar dari kebiasaan yang buruk, dll, adalah buah yang dihasilkan oleh perubahan hidup.

Kita harus tahu, bahwa pengalaman pribadi adalah berbeda pada masing-masing orang. Besar kecilnya perubahan hidup bukanlah suatu ukuran. Namun demikian, seorang yang sudah diselamatkan tidak mungkin tidak ada perubahan hidup. Kalau ada orang yang tidak ada perubahan hidup, dia seharusnya menyelidiki hubungannya dengan Tuhan Isa. Lihat apakah dirinya sungguh-sungguh telah bertobat dan menerima Tuhan Isa sebagai Tuhan Juruselamatnya. Di sisi lain, orang percaya bisa mengalami bukan sudah bisa terima diri, sudah suci, lebih hebat dari orang lain, malahan makin merasa diri kotor dan tidak layak. Persis seperti Paulus yang di saat kehidupan rohaninya sangat tinggi, dia berkata “Perkataan ini benar dan sangat patut diterima, yaitu bahwa Isa Al-Masih datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara orang-orang berdosa itu, akulah yang paling utama.” Kalau dia berkata demikian, apakah memang karakter hidupnya semakin buruk? Tentu saja bukan, tapi karena dia semakin peka dengan dosa, maka dari itu dia semakin jelas bisa melihat kekurangan diri. Ini adalah pengalaman setiap orang percaya yang sungguh-sungguh mengenalNya. Namun demikian, seseorang yang percaya bisa begitu jujur menghadapi diri, menghadapi Tuhan dan menghadapi orang lain, dengan tidak bertopeng, karena dia mengalami penerimaan dan pengampunan Tuhan yang tanpa syarat terhadap dirinya. Maka mereka juga dengan tanpa syarat menerima diri dan orang lain.

IV. Apakah Orang percaya harus menjadikan Tuhan Isa sebagai Tuhan baru bisa diselamatkan?

Ada orang berpikir bahwa kalau tidak taat secara sempurna kepada Tuhan Isa tidak bisa diselamatkan. Namun, apabila kita perhatikan bagian Kitab Suci tentang orang-orang percaya, kita tidak bisa sepenuhnya setuju dengan pandangan ini.

1.      Dalam banyak hal Daud (khususnya dalam hal perzinahan dan pembunuhan) sangat jelas tidak taat kepada Tuhan, namun malahan Kitab Suci menunjuknya sebagai salah satu orang yang dibenarkan karena iman (Ibrani 11:32-34)

2.      Setelah Petrus diselamatkan, dia masih menyangkal Tuhan (Yahya 18:15-27)

3.      Kehidupan jemaat di Korintus juga masih bersifat daging, maka Paulus juga menegur mereka dalam banyak hal/dosa yang mereka lakukan, namun Paulus tetap memanggil mereka sebagai orang saleh (I Korintus 1:2), sebagai saudara (I Korintus 1:26), sebagai sebagai tubuh Almasih (I Korintus 12:27). Dapat dilihat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah diselamatkan.

Pada kenyataannya, setiap orang percaya secara jujur setuju bahwa dalam hidup kita ada banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau harus secara sempurna taat sama Tuhan baru bisa diselamatkan, takutnya di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa diselamatkan.

Namun, apakah ini berarti bahwa kita tidak perlu pedulikan kekuasaan Tuhan dalam hidup kita? Tentu saja bukan. Kita menerima kuasa Tuhan Isa, bukan berarti kita bisa dengan usaha sendiri mengerjakan perbuatan baik untuk menaati perintah Tuhan Isa, tapi kita sendiri tahu bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Juga tidak bisa mengandalkan kekuatan diri untuk melakukan perbuatan baik, jadi haruslah kita membiarkan Tuhan Isa menjadi Tuhan atas hidup kita, dengan bebas bertindak menyelamatkan kita. Melalui pertobatan, lebih-lebih lagi yaitu bertobat dari berpusat pada diri sendiri (menganggap diri sendiri adalah Tuhan), dan percaya kepada karya pengampunanNya di atas kayu Salib, kita diselamatkan. Yang Tuhan mau adalah hati kita yang rela, rela membiarkan Dia menyelamatkan kita, dan bukan mengandalkan diri sendiri, namun berdasarkan caraNya, bukan cara kita sendiri. Maka kita pasti diselamatkan, pasti bisa menikmati kehidupan yang berkelimpahan.

 

Catatan:

1)      “Almasih” (ho Christos), bahasa asli: bahasa Yunani, adalah sama artinya dengan bahasa Ibrani “Mesias”. Artinya : “Yang diurapi”. Di jaman Perjanjian Lama, ini menunjuk kepada “Raja” (Utusan Tuhan yang sempurna), imam (Pengantara yang sempurna, wakil manusia) dan nabi (wakil Tuhan yang sempurna). Sangat jelas, semua ini adalah persiapan untuk kedatangan Tuhan Isa. Itu sebabnya sejak kedatanganNya, nama Almasih sudah tidak digunakan oleh manusia biasa lagi.

 

 

Jawaban untuk Bahan Murid

 

1)      Tujuan pertanyaan ini adalah supaya pemimpin mengerti bagaimana hubungan anggota dengan Tuhan. Juga membawa mereka memperhatikan tema dari pelajaran ini. Pemimpin tidak perlu membenarkan jawaban mereka, tapi dapat dicari jawabannya waktu membahas pertanyaan ketiga. Setelah diskusi seluruhnya selesai, pemimpin dapat menanyakan pertanyaan ini kembali untuk memastikan bahwa anggota sudah mengerti.

2)      Kepada anggota yang memiliki kepastian keselamatan, pemimpin harus memimpin mereka apakah kepastian mereka jelas didasarkan pada janji Tuhan dan kebenaranNya. Dari pernyataan berikut ini, yang mana yang menurut Anda sudah ada kepastian keselamatan?

 

a)      Saya belum selesai belajar tapi sudah mau ujian, saya takut tidak bisa lulus ujian, maka saya berdoa sama Tuhan semoga semua soal yang keluar adalah soal yang saya sudah pelajari. Hasilnya, Tuhan mendengar doa saya sehingga saya mendapat hasil yang bagus.

Salah. Tuhan menginginkan muridNya dengan setia mengerjakan bagiannya.

b)      Saat saya sakit, saya hanya berdoa sama Tuhan, tidak minum obat, tidak ke dokter, hasilnya saya sembuh.

Salah. Tuhan secara mengisyaratkan orang yang sakit untuk berobat ke dokter (Markus 2:17)

c)       Kitab Suci memberikan janji bahwa orang yang mengaku dosa, bertobat dan percaya kepada Tuhan, diselamatkan.

Ya

d)      Setelah saya percaya kepada Tuhan Isa, pekerjaan dan keluarga lancar

Salah. Tuhan tidak menjanjikan bahwa orang yang percaya Tuhan, hidupnya akan lancar-lancar saja

e)      Setelah percaya kepada Tuhan Isa, hati saya ada damai dan sukacita

Ya, ini adalah pengalaman setiap orang percaya.

f)        Setelah saya percaya Tuhan Isa, konsep nilai saya berubah, tidak lagi bergantung pada harta duniawi

Ya

g)      Setelah saya percaya Tuhan Isa, saya bisa mengampuni orang-orang yang pernah menyakiti saya

Ya, kemampuan untuk mengampuni orang lain pasti adalah diberikan oleh Tuhan.

h)      Setelah saya percaya Tuhan Isa, saya secara pelan-pelan berhenti merokok, minum minuman keras, main mahjong

Ya, setiap orang yang percaya Tuhan ada perubahan hidup, hanya perubahannya banyak atau sedikit saja, cepat atau lambat, berbeda setiap orang. Hubungan dengan Tuhan semakin baik perubahan hidup semakin besar.

 

3)      Pertanyaan ini berfungsi untuk menguji seberapa besar pengenalan anggota terhadap janji-janji Tuhan, semakin mengenal janji-janjiNya, semakin jelas kepastian keselamatannya. Pemimpin juga bisa mendorong anggotanya untuk membaca berulang-ulang ayat-ayat di bawah ini:

Ayat Kitab Suci

Diberikan kepada siapa?

Apa yang dijanjikan?

Yahya 3:16

Setiap orang yang percaya kepadaNya (Tuhan Isa)

Tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal

Yahya 1:12

Orang-orang yang menerimaNya

Menjadi anak-anak Allah

Rum 10:9

Mengaku dengan mulut, percaya dalam hati

Pasti diselamatkan

I Yahya 5:12-13

Menerima Anak, percaya kepada nama Sang Anak

Menerima hidup yang kekal

                          

4)      Kalau seseorang mengaku telah percaya Tuhan Isa, tetapi hidupnya sama sekali tidak berubah. Orang ini kemungkinan belum diselamatkan. Karena orang yang sudah diselamatkan bisa memiliki perubahan hidup seperti di bawah ini:

 

a)      Paling tidak bisa mengaku bahwa dia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Perasaannya lebih peka terhadap dosa. (I Yahya 1:8, I Petrus 1:15)

b)      Tidak akan sengaja berbuat dosa (I Yahya 3:9)

c)       Teguh berpegang pada kepercayaan bahwa Isa Almasih adalah Tuhannya (I Korintus 12:3)

d)      Menghasilkan buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23)

e)      Haus akan Firman Tuhan (Zabur 42:1, 119:11)

 

5)      a.    Tidak pasti

b.   Benar, karena dia mungkin berpikir bahwa Allah telah meninggalkan dia

c.    Benar, karena dia pikir keselamatan itu bergantung perbuatan baiknya

 

d.   Tidak pasti

e.   Benar, orang yang belum memiliki kepastian keselamatan, dia tidak yakin bahwa Allah adalah     Bapanya, jadi sulit untuk dekat dan mengandalkan Dia.

f.    Dia lebih rendah hati

 

g.    Dia tidak terlalu bisa menerima diri

 

No comments: